Alasannya adalah pada waktu itu masih sibuk melatih pasukannya untuk melawan tentara Belanda.
Karena penolakan halus dari Djoyodigdo ini, maka utusan telik sandi langsung pulang dan melaporkan pada Adipati Blitar.
Dua tahun kemudian Adipati Blitar kembali mengirim utusan.
Baca Juga: Ternyata Ada Lho Instansi dan Daerah yang Tak Mengusulkan Rekrutmen CASN 2023, ini Daftarnya
Namun saat itu Patih di Kadipaten Blitar mangkat atau meninggal dunia dan harus segera dicarikan pengganti.
Maksud Adipati mengirimkan utusannya yang kedua kalinya ini adalah agar Djoyodigdo bersedia menjadi Patih di Kadipaten Blitar.
Dikarenakan banyaknya tentara Belanda yang meninggalkan daerah Blitar oleh karena serangan dari pasukannya, maka Djoyodigdo bersedia menjadi Patih di Kadipaten Blitar.
Sebagai keturunan darah biru atau trah ningrat yang pernah tinggal di Keraton, ketika Djoyodigdo diangkat menjadi Patih sudah tidak asing lagi dengan sistem pemerintahan.
Maka sang Patih pun mampu mengambil kebijakan yang sangat baik.
Hal inilah yang membuat heran sang Adipati Blitar, sehingga sang Adipati memberinya hadiah sebidang tanah yang sekarang berada di Jalan Melati Kota Blitar.