Cegah Virus Omicron, Jepang Larang Turis Asing Masuk

30 November 2021, 04:59 WIB
Ilustrasi Lake Kawaguchi, Fujikawaguchiko, Jepang/Unsplash/Daniel Hehn /


PORTAL SULUT – Jepang akan melarang Turis asing masuk, entah itu wisatawan, peker asing, termasuk pelancong bisnis, dan pelajar internasional, memasuki negara itu. Larangan tersebut berlaku bagi semua semua negara, bukan hanya negara dengan kasus varian Omicron.

Jepang akan berlakukan pembatasan ketat untuk mencegah masuknya varian baru virus corona Omicron ke negara tersebut. Pemerintah Jepang menutup perbatasan untuk turis asing yang bukan penduduk sebagai respons atas munculna varian Omicron. Mulai Selasa 30 November 2021.

Keputusan pemerintah jepang tersebut menjadikannya salah satu negara pertama, dan sejauh ini terbesar, yang memberlakukan penutupan perbatasan secara luas sebagai tanggapan terhadap Omicron, bersamaan dengan dua negara lain yaitu Israel dan Maroko.

Baca Juga: Varian Omicron muncul, Apa Kabar Vaksin Booster?

"Ini adalah tindakan pencegahan, darurat untuk menghindari skenario terburuk," ucap Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, pada Senin 29 November 2021.

“Diperlukan penelitian untuk mengetahui seberapa menular varian omicron secara global, dan apakah vaksin masih efektif mencegah penularan atau gejala parah. Sangat penting bagi kami untuk merespons situasi dengan cepat dan fleksibel,” Fumio Kishida lagi.

Dilansir oleh Japan Times, Pemerintah Jepang mengumumkan mulai Selasa 30 November 2021 mereka akan menutup kembali pintu kedatangan Turis internasional selama kurang lebih satu bulan ke depan.

Untuk warga negara maupun penduduk asing yang punya riwayat perjalanan ke Botswana, Eswatini, Lesotho, Namibia, Afrika Selatan, Zimbabwe, Mozambik, Malawi, Zambia, dan Angola, maka akan menjalani masa pemeriksaan selama 14 hari.

Karantina selama 10 hari berlokasi di fasilitas yang telah ditentukan pemerintah, 4 hari sisa di lokasi yang mereka pilih. Untuk warga negara dan penduduk yang baru mengunjungi Israel, Inggris, Belanda, dan Italia, mereka diwajibkan selama dua pekan, di mana enam hari pertama di fasilitas yang ditentukan pemerintah, sisanya di lokasi yang mereka pilih sendiri.

Sementara bagi warga negara dan penduduk asing dari Australia, Jerman, Republik Ceko, Denmark, Hong Kong, Prancis, Ontario Kanada, Belgia, dan Austria akan diminta karantina selama 3 hari di fasilitas yang ditentukan pemerintah dan 11 hari di lokasi yang mereka pilih sendiri. Aturan selama 14 hari ini tetap berlaku bagi mereka semua, meskipun sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Dikutip dari The Telegraph, salah satu dokter di Afrika Selatan yang merupakan orang pertama pelapor Virus Omicron dr Angelique Coetzee mengatakan, gejala varian baru ini tetapi cenderung ringan tidak seperti gejala pada Covid-19 pada umumnya.

Baca Juga: Ini Jadwal PPKM Level 3 Nataru dari Pemerintah serta Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Natal Tahun 2021

Pasien yang telah terinfeksi varian Omicron, akan mengalami gejala kelelahan hebat. Meski demikian, dia mengatakan, tidak ada yang mengalami kehilangan bau dan rasa. “Gejala mereka sangat berbeda dan sangat ringan dari yang pernah saya tangani sebelumnya,” tegas Dr Coetzee yang juga sebagai dokter pimpinan Asosiasi Medis Afrika Selatan.

"Gejala itu sangat mirip infeksi virus umum. Dan karena kami belum melihat pasien Covid-19 selama 8-10 minggu terakhir, kami memutuskan untuk melakukan tes," ucap dokter Dr Coetzee .

Salah seorang pasien berusia enam tahun yang juga teridentifikasi terinfeksi varian baru datang ke klinik pribadinya dengan keluhan denyut nadi tinggi. Meskipun demikian, pasien tersebut dalam dua hari perawatan menurutnya lekas menunjukkan perkembangan yang baik.

Dia juga mengatakan kebanyakan pasiennya mempunyai gejala sangat ringan dan tak perlu dilakukan perawatan lebih lanjut. Sekitar 24 orang pasiennya yang positif Covid-19 dengan varian baru ini rata-rata adalah pria sehat, tapi dalam kondisi lelah. Sementara setengah dari pasien-pasien Coetzee adalah orang-orang yang belum divaksinasi.

Dr Coetzee menjelaskan, seluruh pasiennya sehat, tetapi ada kekhawatir jika varian ini menyerang orang tua dengan komorbid diabetes atau penyakit jantung. “Yang harus kita khawatirkan sekarang adalah ketika orang yang lebih tua dan tidak divaksinasi terinfeksi dengan varian baru, dan jika mereka tidak divaksinasi, kita akan melihat banyak orang dengan penyakit yang parah,” kata dia.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler