Suriwa pun naik di atas punggung naga dan Naga Biru terbang mengantarkan Suriwa ke rumah kakek tabib.
Dari atas langit, Suriwa melihat orang-orang berkerumun di rumah kakek tabib.
Orang-orang yang berkerumun langsung lari ketakutan ketika melihat Naga Biru turun mendekati rumah kakek tabib.
Suriwa turun dari punggung Naga Biru dan berjalan menuju pintu rumah kake tabib yang juga dipenuhi banyak orang.
Ketika di dalam rumah, kakek tabib yang melihat Suriwa langsung merangkulnya sembari berucap dan air mata mengalir di pipinya yang keriput.
Ternyata, ibu Suriwa telah meninggal dunia. Suriah pun tak mampu berkata-kata. Air mata kesedihan mengalir deras tak terbendung. Sekarang Suriwa mengerti mengapa dia bisa mencabut paku itu.
Saat mencabut paku, dia sudah menjadi anak tanpa orangtua.
Singkat cerita, saat Semeru mulai meletus, Naga Biru kemudian beraksi menyelamatkan warga desa.
Jonggring Saloko terbang ke puncak gunung, namun sebelum terbang Naga Biru menitipkan pil abadi ke Suriwa untuk dimasukkan ke mulut ibunya.
Pil itu berputar dalam perut ibu Suriwa hingga akhirnya pil itu hancur disertai keluarnya cahaya biru dari setiap lubang dan pori-pori di tubuh ibu Suriwa.
Selang beberapa detik, terdengar erangan kecil keluar dari mulut ibu Suriwa.
Air mata bahagia tak tertahan, Suriwa pun menangis bahagia melihat ibunya hidup kembali.