Ia masih saja terduduk di tempat yang sama.
Tepat di samping kiri laki-laki itu, saya menghentikan motor.
Laki-laki itu kulitnya putih pucat dengan bersimbah darah dan menurut perkiraan saya berusia sekitar 30 tahunan.
Setelah laki-laki itu bonceng di motor, saya segera menstarter motor untuk melanjutkan perjalanan pelan-pelan.
Kalau tidak salah kecepatan motor saya 30 km/jam.
Setelah beberapa saat, saya sempat kaget karena tiba-tiba saja pundak saya terasa ditempelin sesuatu yang begitu dingin, seperti es.
Ternyata setelah mengecek melalui spion motor, yang menempel di pundak saya adalah tangan laki-laki itu.
Lalu saya pun membuka obrolan dengan melihat ke arah spion di setiap pertanyaan yang saya lontarkan.
"Mas mau ke mana?," tanyaku.