PORTAL SULUT - Garut memiliki kampung unik yang menarik untuk dijelajahi.
Adapun kampung unik di Garut ini bernama Kampung Dukuh.
Hidup berdampingan secara baik dengan hutan adalah fisik Kampung Dukuh di Kabupaten Garut.
Kampung Dukuh jauh dari kata modern sangat kental dengan kesan tradisional penduduk.
Warga kampung unik ini dilarang menjadi PNS.
Selain itu, memelihara binatang berkaki empat dan menjual makanan dianggap pelanggaran berat di kampung unik ini.
Baca Juga: Ayo ke Ternate Inilah Daftar Wisata Unggulan di Pulau Ternate yang Wajib Didatangi Pecinta Travel
Berikut sejarah dan fakta unik Kampung Adat Dukuh, dilansir laman Toutube Catatn Media.
Secara administratif, Kampung Dukuh berada di desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Kampung unik ini terletak diantara 3 gunung yakni Gunung Batu Cupang, Gunung Dukuh, dan Gunung Batu.
Masyarakat Kampung Dukuh masih memegang teguh adat istiadat leluhur mereka, jauh dari kesan modern.
Rimbunnya hutan di sisi selatan Garut menyebabkan akses modernisasi di kampung ini terbentengi.
Tidak ada seorangpun yang menggunakan peralatan elektronik di sini.
Kesan tradisional semakin terasa ketika malam tiba.
Penerangan hanya mengandalkan lampu cempor dengan bahan bakar minyak tanah.
Begitu pula untuk memasak, warga Kampung Dukuh masih mengandalkan kayu bakar.
Semua rumah di kampung ini terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari serabut alang-alang dan ijuk.
Hal itu karena memang ada larangan untuk tidak menggunakan kaca, tembok dan genteng.
Setidaknya ada 42 rumah dan 1 masjid sebagai pusat peribadatan di Kampung Dukuh yang terbagi 172 orang untuk Kampung Dukuh dalam dan 70 kepala keluarga untuk wilayah Kampung Dukuh Luar.
Di sini terdapat satu rumah yang terlihat lebih besar dari rumah lainnya.
Rumah itu adalah milik sang juru kunci Kampung Adat Dukuh Dalam.
Ada juga satu rumah yang dikhususkan bagi tamu yang mau melakukan penyimpanan atau menyepi sambil menjalani ritual di dalam rumah.
Selain itu, terdapat satu Balai Rakyat tempat warga berkumpul untuk mengadakan pertemuan dan 1 madrasah untuk anak-anak bersekolah sekaligus mengaji atau belajar agama.
Baca Juga: Inilah Daftar Suku yang Dikenal Sakti Mandraguna Beberapa Diantaranya Pasti Bikin Kaget
Selain memiliki larangan untuk membangun rumah dari tembok, terdapat beberapa larangan lain di kampung ini.
Diantaranya, adalah dilarang berdagang makanan hasil masakan sendiri.
Istilah jual beli tidak kenal di Kampung Dukuh, yang ada hanyalah istilah mengganti.
Uniknya lagi, berdagang makanan matang dianggap pelanggaran berat di kampung ini.
Namun seiring perubahan sosial, saat ini sudah mulai ada warung yang menjual kebutuhan sehari-hari seperti jajanan anak-anak dan kebutuhan pokok.
Kuncian Kampung Dukuh membolehkan penduduknya untuk berdagang tapi tidak boleh mencari untung besar dan hanya diniatkan membantu warga dalam memenuhi kebutuhannya.
Meskipun demikian, berdagang makanan matang hasil masakan sendiri tetap dilarang.
Mayoritas warga Kampung Dukuh bermata pencaharian sebagai petani.
Mereka hidup dari bertani di persawahan, perkebunan, dan peternakan.
Dalam hal peternakan, penduduk Kampung Dukuh dilarang memelihara binatang berkaki empat.
Umumnya penduduk Kampung Dukuh berternak unggas seperti ayam, bebek dan itik.
Selain dilarang berdagang masakan matang dan berternak binatang berkaki empat, larangan selanjutnya adalah menjadi PNS.
Kampung Dukuh punya sejarah panjang yang masih dipertahankan hingga kini.
Mengapa masyarakat Kampung Dukuh dilarang menjadi PNS?
Konon pendiri Kampung Dukuh yakni Syekh Abdul Jalil dulu merasa kecewa karena dibohongi atasannya yakni Bupati Rangga Gempol 2.
Dalam riwayatnya, ketika wilayah Sumedang dipimpin oleh Bupati Rangga Gempol 2, atas saran dari Raja Mataram, Syekh Abdul Jalil diminta oleh Rangga Gempol 2 untuk menjadi seorang kepala agama.
Saat itu ia menerima tawaran dengan syarat yang harus ditaati sebagai perjanjian.
Ada dua syarat agar Syekh Abdul Jalil berkehendak menjadi pemuka agama di Sumedang, yakni seluruh elemen masyarakat Sumedang dilarang melanggar hukum Islam serta Bupati dan rakyatnya harus bersatu.
Namun selang 12 tahun, kesepakatan tersebut dilanggar oleh sang Bupati sendiri karena tidak mau tunduk ke Kerajaan Banten.
Ia tega membunuh utusan dari kerajaan Banten.
Hal tersebut membuat Syekh Abdul Jalil merasa dikhianati.
Padahal kesepakatan menyebutkan tidak ada pembunuhan, perzinahan, perampokan, beserta perbuatan buruk lainnya.
Syekh Abdul Jalil lantas angkat kaki dan pergi menuju ke selatan sampailah di suatu tempat yang kini disebut Kampung Dukuh.
Karena hal itu ia bersumpah keturunannya tidak ada yang boleh menjadi PNS.
Kampung Dukuh sendiri dulunya bernama Pak dukuhan yang sama artinya dengan Padepokan sebagai tempat dimana orang bisa tinggal dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa.
Saat ini masyarakat Kampung Dukuh tetap mempertahankan syariat Islam sebagai aturan adat yang berlaku sesuai dengan ajaran Syekh Abdul Jalil.
Atas jasa dan keberhasilan Syekh Abdul Jalil menyebarkan syiar Islam Kampung Dukuh yang masih bertahan hingga kini, setiap hari Sabtu warga selalu berziarah ke makam Syekh Abdul Jalil.
Tidak hanya warga Kampung Dukuh, warga luar juga diperkenankan berziarah dan menjalankan aturan adat yang berlaku di Kampung Dukuh.
Untung mengunjungi kampung unik di Garut ini butuh waktu kurang lebih 19 menit dengan berkendara.
Jarak Kampung Dukuh dari Cikelet sekitar 8 kilometer.*