Desa ini dikelilingi oleh pegunungan yang indah serta Hutan Todo yang rindang serta kaya akan vegetasi.
Di hutan itu, pengunjung dapat menemukan anggrek, berbagai jenis pakis, serta mendengar kicauan merdu dari beragam burung yang membuat suasana menjadi semakin ceria.
Kendati harus diingat, tidak ada jangkauan seluler di desa ini, dan listrik hanya tersedia dari pukul 6 hingga 10 malam.
Udaranya juga relatif dingin, apalagi di musim kemarau, jadi jangan lupa membawa jaket.
Desa Wae Rebo didirikan seorang pria bernama Empu Maro.
Empu Maro membangun desa tersebut sekitar 100 tahun yang lalu dan kemudian dilestarikan oleh penduduk lokalnya hingga sekarang mencapai keturunan generasi ke-18.
Baca Juga: Ragam Keunikan Perayaan Idul Adha di Sulawesi Selatan Sarat Budaya Lokal
Salah satu hal yang unik dan menjadi ciri khas dari desa wisata Wae Rebo adalah rumah adat Mbaru Niang yang tinggi dan berbentuk kerucut serta tertutup ilalang lontar dari atap hingga ke tanah.
Rumah Mbaru Niang ini memiliki lima tingkat, di mana setiap tingkat dirancang untuk tujuan tertentu.
Tingkat pertama, yang disebut lutur atau tenda, adalah tempat tinggal keluarga besar.