Tak Diketahui Penyebab dan Penyembuhannya, Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak Kian Meningkat

- 14 Oktober 2022, 21:13 WIB
Ilustrasi. Sebanyak 152 anak di Indonesia mengalami gangguan ginjal akut misterius. Belum diketahui penyebab dan penyembuhannya.
Ilustrasi. Sebanyak 152 anak di Indonesia mengalami gangguan ginjal akut misterius. Belum diketahui penyebab dan penyembuhannya. /Foto: Pixabay/ sasint/

PORTAL SULUT - Sebanyak 152 anak di Indonesia mengalami gangguan ginjal akut misterius. Kementerian Kesehatan RI pun bakal melaporkan temuan ini ke Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak ini diketahui dari hasil pendataan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Jumlah kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak ini per 14 Oktober 2022. Ini artinya mengalami peningkatan karena sebelumnya berjumlah 131 kasus.

Baca Juga: Delapan Kapolda Diisukan Positif Amphetamine, Kadiv Humas Tegas Membantah

IDAI menghitung data pasien ini dari periode Januari hingga Oktober 2022.

Sampai saat ini, penyebab gangguan ginjal akut misterius masih buram bagi dunia medis.

Kendati masih belum pasti, muncul dugaan kemungkinan penyebabnya adalah keracunan obat, atau infeksi MIS-C alias peradangan multisistem pada anak.

Terkait komunikasi antara pemerintah dan WHO menyoal investigasi penyakit tersebut, Plt Direktur Pelayanan Kesehatan Primer, dr Yanti Herman telah mengkonfirmasi.

"Koordinasi dengan WHO untuk melihat bersama-sama kasus acute kidney injury (AKI) di indonesia, kami sedang melaporkan ke WHO terkait dengan hal ini," ucap dia dalam keterangan pers, Jumat, 14 Oktober 2022.

Dengan ketidakpastian gejala dan penyembuhannya, dr Yanti mengatakan bahwa pasien anak yang kadung dalam kondisi berat kini harus dirawat secara intensif di ICU.

Adapun gejala paling khas dari penyakit misterius yang menyerang ginjal anak ini adalah fungsi organ tersebut memburuk secara drastis.

"Penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi filtrasi atau penyaringan ginjal,” ujar dr Yanti Herman.

Baca Juga: Tugas Selesai, TGIPF Tragedi Kanjuruhan Tunjuk PSSI Sebagai Biang yang Paling Bertanggung Jawab

“Biasanya ditandai peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsenttasi nitrogen urea darah) dan atau penurunan sampai tidak ada sama sekali urine," kata dia lagi.

Dengan demikian, dr Yanti mengimbau setiap orangtua atau wali anak untuk selalu waspada, jika anak kurang dari 18 tahun mengalami beberapa gejala.

Di antaranya adalah gejala demam, yang diikuti kondisi saluran pernapasan akut, gejala infeksi saluran cerna, serta jumlah dan warna urine pekat atau semi cokelat.

"Jika memiliki anak di bawah 18 tahun khususnya balita dengan gejala penurunan volume atau frekuensi buang air kecil atau tidak ada buang air kecil dengan atau tanpa demam, segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat," ujar dia, mengingatkan para orang tua.

Untuk diketahui, penyebaran kasus ini di tanah air cukup luas, yaitu terjadi di 14 provinsi di Indonesia.

Adapun, 14 provinsi tersebut antara lain, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Kepulauan Riau, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Disclaimer: Artikel ini sebelumnya tayang di Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Jumlah Pasien Kasus Ginjal Misterius pada Anak Bertambah Jadi 152, Kemenkes: Kami Sedang Lapor WHO."***

 

Editor: Adisumirta

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah