"Baiklah, kamu dan sekar sudah sama-sama dewasa, sudah saatnya menikah."
Empuh Wisesapun kemudian menyampaikan lamaran Jaka kepada Sekar, "tapi ayah, aku hanya mau menikah dengan Wira." Tapi Sekar, ayah sudah menyetujui lamaran Jaka."
"Itukan masalah ayah, kenapa tidak bertanya kepadaku terlebih dahulu." Mendengar jawaban putrinya, empuh Wisesapun pergi keluar rumah berjalan-jalan sambil memikirkan jalan keluar.
Hingga empuh Wisesa melihat dari kejauhan lahar gunung Tangkuban Perahu yang masih menyala, lahar itu ternyata masih memberikan ancaman bagi daerah disekitarnya.
Lahar gunung Tangkuban Perahu yang menyala-nyala itu sepertinya memberikan jalan keluar bagi empuh Wisesa.
Esok harinya empuh Wisesa memanggil Wira dan Jaka, "nah Wira dan Jaka, aku akan menyampaikan sesuatu dan kalian jangan membantahnya.
Lihatlah lahar gunung Tangkuban Perahu itu, siapa yang mampu memadamkan lahar itu, maka akan kunikahkan dengan Sekar."
"Syarat yang tidak masuk akal, mana mungkinlah lahar ini bisa dipadamkan," kata Jaka.
"Lahar ini api yang menyala-nyala, tapi bisa dipadamkan dengan air," kata Wira.