8 Km Dari Cikelet, Warga Kampung Unik di Garut ini Dilarang Menjadi PNS, Alasannya...

28 Juni 2023, 12:11 WIB
Ilustrasi PNS /beritabeta.com

PORTAL SULUT - Garut memiliki kampung unik yang menarik untuk dijelajahi.

Adapun kampung unik di Garut ini bernama Kampung Dukuh.

Hidup berdampingan secara baik dengan hutan  adalah fisik Kampung Dukuh di Kabupaten Garut.

Kampung Dukuh jauh dari kata modern sangat  kental dengan kesan tradisional penduduk.

Warga kampung unik ini dilarang menjadi PNS.

Selain itu, memelihara  binatang berkaki empat dan menjual makanan dianggap pelanggaran berat di kampung unik ini.

Baca Juga: Ayo ke Ternate Inilah Daftar Wisata Unggulan di Pulau Ternate yang Wajib Didatangi Pecinta Travel

Berikut  sejarah dan fakta unik Kampung Adat Dukuh, dilansir laman Toutube Catatn Media.

Secara administratif, Kampung Dukuh berada  di desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Kampung unik ini terletak diantara 3  gunung yakni Gunung Batu Cupang, Gunung Dukuh, dan Gunung Batu.

Masyarakat Kampung Dukuh masih  memegang teguh adat istiadat leluhur mereka, jauh dari kesan modern.

Rimbunnya  hutan di sisi selatan Garut menyebabkan akses modernisasi di kampung ini terbentengi.

Tidak ada  seorangpun yang menggunakan peralatan elektronik   di sini.

Kesan tradisional semakin terasa ketika  malam tiba.

Penerangan hanya mengandalkan lampu cempor dengan bahan bakar minyak tanah.

Begitu  pula untuk memasak, warga Kampung Dukuh masih mengandalkan kayu bakar.

Semua rumah di kampung  ini terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari   serabut alang-alang dan ijuk.

Hal itu karena  memang ada larangan untuk tidak menggunakan  kaca, tembok dan genteng.

Setidaknya ada 42 rumah dan 1 masjid sebagai pusat peribadatan di Kampung Dukuh yang terbagi 172 orang untuk Kampung Dukuh dalam dan 70 kepala keluarga  untuk wilayah Kampung Dukuh Luar.

Di sini terdapat  satu rumah yang terlihat lebih besar dari rumah lainnya.

Rumah itu adalah milik sang juru kunci  Kampung Adat Dukuh Dalam.

Ada juga satu rumah  yang dikhususkan bagi tamu yang mau melakukan  penyimpanan atau menyepi sambil menjalani ritual di dalam rumah.

Selain itu, terdapat satu Balai  Rakyat tempat warga berkumpul untuk mengadakan pertemuan dan 1 madrasah untuk anak-anak  bersekolah sekaligus mengaji atau belajar agama.

Baca Juga: Inilah Daftar Suku yang Dikenal Sakti Mandraguna Beberapa Diantaranya Pasti Bikin Kaget

Selain memiliki larangan untuk membangun rumah dari tembok, terdapat beberapa larangan lain di kampung ini.

Diantaranya, adalah dilarang berdagang makanan hasil masakan sendiri.

Istilah jual beli tidak kenal di Kampung Dukuh, yang ada hanyalah istilah mengganti.

Uniknya lagi, berdagang makanan matang dianggap pelanggaran  berat di kampung ini.

Namun seiring perubahan sosial, saat ini sudah mulai ada warung yang  menjual kebutuhan sehari-hari seperti jajanan   anak-anak dan kebutuhan pokok.

Kuncian Kampung Dukuh membolehkan penduduknya untuk berdagang tapi tidak boleh mencari untung besar dan hanya diniatkan  membantu warga dalam memenuhi kebutuhannya.

Meskipun demikian, berdagang makanan matang hasil  masakan sendiri tetap dilarang.

Mayoritas warga Kampung Dukuh bermata pencaharian sebagai petani.

Mereka hidup dari bertani di persawahan, perkebunan, dan peternakan.

Dalam hal peternakan, penduduk  Kampung Dukuh dilarang memelihara binatang   berkaki empat.

Umumnya penduduk Kampung Dukuh  berternak unggas seperti ayam, bebek dan itik.

Selain dilarang berdagang masakan matang dan  berternak binatang berkaki empat, larangan selanjutnya adalah menjadi PNS.

Kampung Dukuh punya sejarah panjang yang masih dipertahankan hingga kini.

Mengapa masyarakat  Kampung Dukuh dilarang menjadi PNS?

Konon pendiri Kampung Dukuh yakni Syekh Abdul Jalil dulu merasa  kecewa karena dibohongi atasannya yakni Bupati Rangga Gempol 2.

Dalam riwayatnya, ketika wilayah  Sumedang dipimpin oleh Bupati Rangga Gempol 2, atas   saran dari Raja Mataram, Syekh Abdul Jalil diminta  oleh Rangga Gempol 2 untuk menjadi seorang kepala agama.

Saat itu ia menerima tawaran dengan syarat  yang harus ditaati sebagai perjanjian.

Ada dua syarat agar Syekh Abdul Jalil berkehendak menjadi  pemuka agama di Sumedang, yakni seluruh elemen masyarakat   Sumedang dilarang melanggar hukum Islam serta  Bupati dan rakyatnya harus bersatu.

Namun selang 12 tahun, kesepakatan tersebut dilanggar oleh sang  Bupati sendiri karena tidak mau tunduk ke Kerajaan   Banten.

Ia tega membunuh utusan dari kerajaan  Banten.

Hal tersebut membuat Syekh Abdul Jalil   merasa dikhianati.

Padahal kesepakatan menyebutkan  tidak ada pembunuhan, perzinahan, perampokan, beserta   perbuatan buruk lainnya.

Syekh Abdul Jalil lantas  angkat kaki dan pergi menuju ke selatan sampailah   di suatu tempat yang kini disebut Kampung Dukuh.

Karena hal itu ia bersumpah keturunannya tidak   ada yang boleh menjadi PNS.

Kampung Dukuh  sendiri dulunya bernama Pak dukuhan yang sama artinya dengan Padepokan sebagai tempat dimana  orang bisa tinggal dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa.

Saat ini masyarakat Kampung Dukuh  tetap mempertahankan syariat Islam sebagai aturan  adat yang berlaku sesuai dengan ajaran Syekh  Abdul Jalil.

Atas jasa dan keberhasilan Syekh   Abdul Jalil menyebarkan syiar Islam Kampung  Dukuh yang masih bertahan hingga kini, setiap hari  Sabtu warga selalu berziarah ke makam Syekh  Abdul Jalil.

Tidak hanya warga Kampung Dukuh, warga luar juga diperkenankan berziarah dan menjalankan  aturan adat yang berlaku di Kampung Dukuh.

Untung mengunjungi kampung unik di Garut ini butuh waktu kurang lebih 19 menit dengan berkendara.

Jarak Kampung Dukuh dari Cikelet sekitar 8 kilometer.*

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler