TGIPF Tragedi Kanjuruhan: Fakta di Lapangan Jauh Lebih Mengerikan!

14 Oktober 2022, 16:47 WIB
Menkopolhukam sekaligus Ketua TGIPF Peristiwa Stadion Kanjuruhan Malang memberi keterangan saat tiba di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Jumat, 14 Oktober 2022. TGIPF Tragedi Kanjuruhan mengungkapkan fakta di lapangan pada Tragedi Kanjuruhan jauh lebih mengerikan. /ANTARA/Gilang Galiartha

PORTAL SULUT - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan mengungkapkan fakta di lapangan pada Tragedi Kanjuruhan jauh lebih mengerikan.

Ketua TGIPF Tragedi Kanjuruhan, Mahfud Md menggambarkan bagaimana suasana yang terjadi pada saat Tragedi Kanjuruhan berlangsung pada 1 Oktober lalu berdasarkan hasil investigasi.

Mahfud MD yang juga Menkopolhukam itu mentakan, fakta yang ditemukan di lapangan mengenai tragedi maut itu jauh mengerikan daripada yang beredar di televisi dan media sosial.

 Baca Juga: Inilah Profil dan Kekayaan Kapolda Jatim Irjen Teddy Minahasa yang Dikabarkan Ditangkap Terkait Narkoba

"Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama satu keluar satu tertinggal. Yang di luar balik lagi nolong ke temannya terinjak-injak mati," ujar Mahfud MD dalam konferensi pers di Komplek Istana Kepresidenan, Jumat 14 Oktober 2022.

"Ada yang memberi bantuan pernapasan itu karena satu sudah tidak bisa bernapas kena semprotan, mati, itu jauh mengerikan," sambungnya.

Menurut Mahfud, ratusan korban yang meninggal dan terluka disebabkan desak-desakan saat berusaha keluar dari pintu stadion setelah adanya tembakan gas air mata.

"Yang mati dan cacat dan serta sekarang kritis itu dipastikan terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan, itu penyebabnya," jelasnya.

Mahfud menyebut saat ini dampak atau efek racun gas air mata masih diperiksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN itu tidak bisa mengurangi kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata," tukasnya.

Hasil investigasi TGIPF tersebut telah menyerahkan laporan hasil investigasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Diketahui, pada Tragedi Kanjuruhan yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya itu, sebanyak 132 oran meninggal dunia dan ratusan orang lainnya luka-luka.

 Baca Juga: Kapolda Jatim Irjen Teddy Minahasa Dikabarkan Ditangkap Terkait Narkoba, Sore Ini Kapolr Beri Penjelasan

Kacau balau

Sebelumnya Mahfud MD menyebutkan sistem persepakbolaan nasional kacau balau. Hal tersebut membuat nyawa jadi taruhannnya.

Hal itu tak terlepas dari sikap saling lempar tanggung jawab antarpihak yang terkait dalam tragedi Kanjuruhan 1 Oktober lalu.

“Terjadi saling menghindar dari tanggung jawab operasional lapangan antara pihak federasi, pengelola liga, panitia pelaksana, pihak keamanan, hingga penyelenggara siaran, menjadi bukti bahwa penyelenggaraan Liga Sepakbola Nasional agak kacau,” kata Mahfud MD dalam Instagramnya pada Rabu, 12 Oktober pagi.

“Membahayakan bagi dunia persepakbolaan kita. Nyawa manusia dibuat pertaruhan karena tak ada jaminan keselamatan yang maksimum,” katanya melanjutkan.

Mahfud menyebut baik PSSI, PT Liga Indonesia Baru atau LIB, panitia pelaksana hingga penyelenggara siaran televisi semuanya saling lempar tanggung jawab dan berlindung di balik aturan formal.

“Yang kita rasakan sekarang ada saling lempar tanggung jawab. Kata PSSI bilangnya sudah ke LIB, LIB sudah ke panpel, kemudian panpel juga macam-macam lah, broadcast juga sama, semua berlindung di aturan formal masing-masing,” ucap Mahfud kepada awak media.

Oleh karena itu, dalam rekomendasi yang akan disampaikan kepada Presiden Jokowi, Mahfud mengatakan tim pencari fakta akan mengedepankan pencarian keadilan substantif dari tragedi Kanjuruhan.***

Editor: Adisumirta

Sumber: PMJ News

Tags

Terkini

Terpopuler