Melihat Kekejaman Teroris Mujahidin Indonesia Timur, Tercacat 13 Kasus Pembunuhan Sadis

29 November 2020, 19:46 WIB
Ali Kalora, salah satu anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang meresahkan warga di Sigi. /Youtube/youtube

PORTAL SULUT - Jumat 28 November 2020 sekitar pukul 08.00 WITA, kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora menyerang permukiman warga transmigrasi dan membunuh empat orang serta membakar beberapa buah rumah di Dusun Lima Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi.

"Tentu pemerintah mengutuk keras kepada pelakunya dan menyatakan duka yang mendalam kepada korban dan keluarganya," tambah Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD di Jakarta, Minggu 29 November 2020 seperti dikutip dari Antara.

Pemerintah sesuai perintah presiden telah melakukan langkah-langkah, yakni melakukan pengejaran serta pengepungan terhadap tempat yang dicurigai memiliki keterkaitan dengan para pelaku.

Baca Juga: Wagub DKI Ahmad Patria Positif Covid-19, Tertular dari Staf Pribadi

"Pemerintah juga sudah melakukan langkah-langkah untuk melakukan pengejaran, tadi Tim Tinombala sudah menyampaikan tahap-tahap yang dilakukan untuk mengejar pelaku dan melakukan isolasi serta pengepungan terhadap tempat yang dicurigai ada kaitan dengan para pelaku," ungkap Mahfud.

Adapun pelaku pembantaian tersebut, menurut pemerintah adalah sisa-sisa kelompok Santoso atau biasa dikenal Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"Memang pelakunya adalah Mujahidin Indonesia Timur. Kelompok Mujahidin Indonesia Timur ini adalah sisa sisa kelompok Santoso yang sekarang masih tersisa beberapa orang lagi, dan operasi Tinombala, atau Satgas Tinombala sedang mengejar," tambah Mahfud.

Baca Juga: Keluar dari Rumah Sakit, Ini Kondisi Habib Rizieq

Siapa sebenarnya Kelompok MIT?

Dikutip dari Jurnalgaya pada artikel Sepak Terjang Ali Kalora Pemimpin Mujahidin Indonesia Timur yang Diduga Pelaku Pembantaian di Sigi, teroris MIT dipimpin oleh Ali Kalora bernama asli Ali Ahmad. Ali Kelora adalah pengganti Santoso alias Abu Wardah, yang telah ditembak mati 18 Juli 2016 lalu.

Ia diduga bersembunyi di hutan belantara di sekitar Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah bersama dengan sisa kelompok MIT.

Selain Ali Kelora, ada nama Basri yang memimpin MIT. Namun Basri telah ditangkap Satgas Tinombala.

Baca Juga: Menko PMK Meninjau Pembangunan Infrastruktur di Papua

Ali lahir di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso. Ia memiliki seorang istri yang bernama Tini Susanti Kaduka, alias Umi Farel.

Nama Kalora pada namanya, diambil dari desa tempatnya dilahirkan, sehingga nama Ali Kalora sering kali digunakan di media massa.

Ali merupakan pengikut senior Santoso di kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Setelah kematian Daeng Koro—salah satu figur utama dalam kelompok MIT, Ali dipercayakan untuk memimpin sebagian kelompok teroris yang sebelumnya dipimpin oleh Daeng Koro.

Baca Juga: Duel Mike Tyson vs Roy Jones Jr Berakhir Imbang

Faktor kedekatannya dengan Santoso dan kemampuannya dalam mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin.

Peneliti di bidang terorisme intelijen dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, berpendapat bahwa Ali Kalora adalah sosok penunjuk arah dan jalan di pegunungan dan hutan Poso.

Ini karena Ali merupakan warga asli dari Desa Kalora, Poso, sehingga dirinya diyakini telah menguasai wilayah tempat tinggalnya.

Menurut Kapolda Sulawesi Tengah saat itu, Brigjen Pol Rudy Sufahriadi, Ali Kalora adalah sosok radikal senior di kalangan gerilyawan di Poso.

Baca Juga: Presiden Joko Widodo Apresiasi Semangat Pengabdian Anggota Korpri di Tengah Pandemi 

Ia menyebut bahwa Ali Kalora berpotensi menjadi "Santoso baru" karena latar belakang pengalamannya yang cukup senior.

Meski demikian, ia yakin kekuatan gerilya di bawah kepemimpinannya tidak akan sebegitu merepotkan dibandingkan Santoso.

Kapolri saat itu, Jenderal Pol Tito Karnavian menilai, Ali tidak memiliki kemampuan kepemimpinan yang sama dengan Santoso dan Basri, begitu pula dengan spesialisasi dan militansi.

Tetapi Tito berpendapat, kaderisasi anggota baru bisa terjadi apabila aparat dan pemerintah menghentikan operasi penanggulangan terorisme di Poso sehingga operasi harus terus dilakukan untuk menetralisir dan menangkal ideologi radikal pro-kekerasan di Poso.

Baca Juga: 10 Lembaga Non Kementrian Dibubarkan

Bukti Kekejaman MIT

Dikutip dari berbagai sumber, anggota kelompok MIT melakukan beberapa kali pembunuhan terhadap warga sipil. Terparah di wilayah Parigi Moutong. Mereka memenggal tiga kepala petani di daerah tersebut pada September 2015.

Mereka juga menculik dan membunuh tiga warga yang tengah mencari rotan dan damar di Desa Sedoa.

Sejauh ini tercatat 13 kasus pembunuhan yang dilakukan MIT di Poso.***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler