Shalat Tarawih 8 Rakaat atau 20 Rakaat, Manakah Lebih Afdhal?, Ini Kata KH. Habibul Huda Bin Najid

- 11 Maret 2024, 10:23 WIB
Sholat tarawih/antaranews.com
Sholat tarawih/antaranews.com /

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بن الْجَعْدِ، حَدَّثَنَا أَبُو شَيْبَةَ إِبْرَاهِيمُ بن عُثْمَانَ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ مِقْسَمٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي رَمَضَانَ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرَ. (المعجم الكبير للطبراني: 10 / 86).

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far ar-Razi, Ali bin al-Ja’di, Abu Syaibah bin Utsman dari al-Hakam dari Miqsam dari IbniAbbas, beliau berkata : “Dahulu Nabi SAW melaksanakan shalat (tarawih) di bulan ramadlan 20 rakaat dan shalat witir”. (HR. Al-Thabarani, al-Mu’jam Kabir, juz: 10, hal: 86).

Berdasarkan hadits-hadits di atas sebenarnya tak ada masalah jika ada yang melakukan shalat tarawih 8 rakaat, 20 rakaat, atau hanya dua rakaat saja. Namun Ahli Madinah (penduduk Madinah) melakukan shalat tarawih dengan 36 rakaat, seperti yang dijelaskan oleh As-Sayyid Muhammad As-Syathiri dalam Syarah Yaqut-nya sebagai berikut:

وَأَقَلُّ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَانِ، وَأَكْمَلُهَا عِشْرُوْنَ. وَقَالَ مَالِكٌ: سِتَةٌ وَثَلَاثُوْنَ وَهُوَ عَمَلُ أَهْلِ المَدِيْنَةِ، وَقَالُوا: إِنَّهُمْ أَرَادُوا مُسَاوَةَ أَهْلِ مَكَّةَ، لِأَنَّهُمْ يَطُوْفُوْنَ سَبْعًا بَيْنَ كُلِّ تَرْوِيْحَتَيْنِ، فَجَعَلَ أَهْلُ المَدِيْنَةِ مَكَانَ كُلِّ سَبْعٍ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ. شرح الياقوت النفيس: 194.

Artinya: “Paling sedikitnya rakaat Tarawih 2 rakaat, sedangkan yang paling sempurna 20 rakaat. Dan Imam Malik berkata: 36 rakaat dan itulah yang dilakukan Ahli Madinah, ulama’ Malikiyyah mengatakan: “Ahli Madinah berkehendak menyamakan ibadahnya dengan Ahli Makkah, sebab Ahli Makkah melakkukan thawaf tujuh kali putaran di antara dua tarwihan (dua istirahatan), kemudian Ahli Madinah menjadikan posisi setiap tujuh kali putaran dengan melakukan shalat 4 rakaat”. (Muhammad As-Syathiri, Syarah Al-Yaqut An-Nafis, hal. 194).

Akan tetapi permasalahan justru muncul ketika ada orang yang melakukan shalat tarawih 8 rakaat dan witir 3 rakaat, kemudian menganggap orang yang melakukan lebih dari hitungan itu adalah bid’ah dan menyimpang dari Sunnah Rasulullah.

Pada dasarnya shalat tarawih tidak dibatasi oleh Rasulullah SAW. Hanya saja ada sekelompok orang yang kurang tepat dalam memahami sebuah hadits lalu menganggapnya sebagai dasar shalat Tarawih Rasulullah. Untuk memperjelas masalah ini marilah kita kaji seperti apa sebenarnya shalat tarawih Rasulullah, yang kemudian dilakukan oleh para sahabat, para tabi’in dan para imam madzahib.

Shalat tarawih, termasuk qiyamullail (ibadah malam) di bulan suci Ramadhan, merupakan shalat sunnah muakkad yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat yang semula dilakukan sendiri-sendiri tetapi pada akhirnya dilakukan secara berjamaah sebagaimana dikisahkan dalam hadits berikut ini:

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَان. صحيح البخاري: 4 / 290.

Artinya: Telah diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah r.a. beliau berkata: “Sesungguhnya Nabi SAW, shalat di masjid kemudian diikuti orang-orang, kemudian shalat lagi di malam berikutnya maka orang-orang yang shalat semakin banyak. Kemudian di malam ketiganya orang-orang telah berkumpul (di masjid) akan tetapi Rasulullah SAW tidak keluar. Ketika tiba di pagi harinya Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh aku telah melihat apa yang kalian lakukan, (sebenarnya) tiada yang menghalangiku keluar kepada kalian melainkan aku takut shalat tarawih diwajibkan atas kalian”. Dan kejadian itu di bulan Ramadhan”. (HR. al-Bukhari: 4/290).

Halaman:

Editor: Harry Tri Atmojo

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x