Usai Ledakan Bom di Instanbul, Polisi Identifikasi 25 Pengguna Media Sosial

14 November 2022, 09:02 WIB
Ilustrasi. Beberapa langkah dilakukan Pemerintah Turki pasca ledakan bom di Ankara yang menewaskan 6 orang. Satu di antaranya batasi penggunaan medsos. /Foto: Gerd Altmann/Pixabay /

PORTAL SULUT - Ledakan bom di Istanbul, Turki, pada Minggu, 13 November 2022, mengingatkan pada serangkaian peristiwa serupa di negara itu beberapa tahun lalu.

Menyusul serangan antara 2015 dan 2017 yang menewaskan lebih dari 500 warga sipil dan personel keamanan, Turki meluncurkan operasi militer lintas batas ke Suriah dan Irak utara melawan militan Kurdi.

Sementara di dalam negeri, mengutip AP, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, juga menindak politisi, jurnalis, dan aktivis Kurdi di dalam negeri.

 Baca Juga: BMKG Prediksi Cuaca Ekstrim Pekan Ini, Daerah Ini Diminta Waspada

Militan Kurdi, yang dikenal sebagai PKK, dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Namun para kritikus mengatakan Erdogan juga telah menggunakan undang-undang teror yang luas untuk melumpuhkan kebebasan berbicara.

Baru-baru ini, Turki memberlakukan "undang-undang disinformasi" kontroversial.

Berdasarkan peraturan itu, pengguna media sosial yang menyebarkan informasi palsu tentang keamanan domestik atau internasional, ketertiban umum, atau kesehatan, bisa dipenjara tiga tahun.

Para kritikus mengatakan kata-kata dalam artikel itu sangat kabur, sehingga dapat digunakan untuk membasmi perbedaan pendapat.

Polisi pada hari Minggu mengatakan mereka telah mengidentifikasi 25 pengguna media sosial yang berbagi "konten provokatif" yang dapat melanggar undang-undang itu.

Dalam contoh lain dari pembatasan negara terhadap pers, pengawas media Turki juga memberlakukan batasan sementara pada pelaporan ledakan hari Minggu.

Salah satu langkahnya melarang penggunaan video close-up dan foto ledakan dan akibatnya. Dewan Tertinggi Radio dan Televisi telah memberlakukan larangan serupa di masa lalu, menyusul serangan dan kecelakaan.

 Baca Juga: Pengusutan Kasus Gagal Ginjal Akut, Polisi Temukan Drum Berisi Bahan Obat di Kebun Pisang

Akses ke Twitter dan situs media sosial lainnya juga dibatasi, demikian menurut AP.

Belasungkawa

Banyak pemerintah asing menyampaikan belasungkawa mereka, termasuk negara tetangga Yunani yang hubungannya tegang.

Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengatakan dia “terkejut dan sedih dengan berita serangan keji itu.”

Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Minggu mencatat bahwa serangan Istanbul terjadi tepat tujuh tahun setelah ekstremis ISIS di Prancis

Serangan ityu membunuh 130 orang yang berada di kafe-kafe Paris, teater Bataclan, dan stadion nasional Prancis.

“Pada hari simbolis bagi bangsa kita, saat kita memikirkan para korban yang jatuh 13 November 2015, orang-orang Turki terkena serangan di jantung mereka, Istanbul,” kata Macron.

“Untuk orang Turki: Kami berbagi rasa sakit Anda. Kami berdiri di sisi Anda dalam perang melawan terorisme,” tambah dia.***

Editor: Adisumirta

Sumber: AP

Tags

Terkini

Terpopuler