PORTAL SULUT - Tikus padang rumput akan menunjukkan rasa empati kepada pasanganya yang sedang mengalami masa sulit. Ia akan membelai pasangannya tersebut.
Jika pasangan tikus itu terpisah, lalu satu di antaranya tersengat listrik, maka yang lainnya akan menghibur ketika mereka bertemu kembali.
Demikian hasi penelitian para ahli dari Emory University, Georgia, Amerika Serikat.
Baca Juga: Warga Sri Lanka Kian Cemas Mati Kelaparan, Krisis Ekonomi Menghantam Semakin Parah, Devisa Berkurang
Hewan menunjukkan empati bukanlah hal baru, seperti ditunjukkanburung gagak, lumba-lumba, gajah, anjing, dan jenis kera tertentu.
Namun, mereka adalah spesies cerdas dibandingkan dengan tikus padang rumput.
Hal inilah yang menarik bagi Frans de Waal, yang mengkhususkan diri pada perilaku primata di Emory. Demikian dikutip dari DW.
Larry Young, kepala laboratorium Emory, menyebutkan, ada dua jenis empati yang dibedakan dengan berbagai tingkat kognisi.
Empati yang ditunjukkan oleh gajah atau kera, misalnya, menunjukkan kemampuan untuk memahami atau mengidentifikasi secara kognitif dengan keadaan orang lain.
Ketika tikus dipisahkan, tingkat yang sama dari hormon stres kortikosteron ditemukan dalam darah tikus pengamat sebagai pasangan stresnya.
Ini menunjukkan adanya, apa yang oleh ahli neurolog disebut, penularan emosional, atau menurut de Waal disebut sebagai “pendorong utama” empati.
Dari penelitian ini, de Waal menyimpulkan, hewan pengerat bergantung pada neurotransmitter yang sama untuk menimbulkan empati dan penghiburan seperti primata dan manusia.
Baca Juga: WHO Kabarkan Cacar Monyet Mulai Menular di Belahan Dunia: Apa itu dan Bagaimana Gejalanya?
“Ilmu saraf pada hewan pengerat jauh lebih mudah dan kurang kontroversial secara etis dibandingkan pada primata atau manusia, jadi langkah ini penting,” kata dia.***