Bayar Harus Pakai Rubel, 'Pukulan Telak' Gas Rusia Bakal 'Gelapkan' Uni Eropa

2 April 2022, 08:05 WIB
Rusia mewajibkan pembayaran gas menggunakan rubel /Energyintel.com/

PORTAL SULUT – Rusia mulai menekan negara-negara pengimpor gas yang dianggap tidak bersahabat.

Negara-negara yang mengimpor gas dari Rusia harus membayar menggunakan rubel mulai Jumat, 1 April 2022.

Keputusan ini bisa 'menggelapkan' negara-negara Eropa yang tidak mematuhinya. Diketahui, Rusia pemasok gas terbesar untuk Eropa.

Baca Juga: Daftar 45 Negara Termasuk Arab Saudi Mulai Puasa Sabtu 2 April 2022

Baru-baru ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit aturan perdagangan gas dengan negara beruang putih itu.

“Saya telah menandatangani dekrit hari ini, menetapkan aturan perdagangan gas alam Rusia dengan apa yang disebut negara-negara tidak bersahabat," kata Putin dilansir Portalsulut.pikiran-rakyat.com dari Reuters.com pada 1 April 2022.

"Kami menawarkan kepada mitra kontrak kami dari negara-negara tersebut dengan kontrak yang jelas dan transparan untuk membeli gas Rusia,” sambung Putin.

Mitra kontrak Rusia harus membuka rekening di Gazprombank. Mereka membayar gas dari akun rekening bank tersebut dengan menggunakan rubel.

Putin menegaskan, jika pembeli gas dari negaranya tidak menggunakan rubel maka akan dianggap sebagai mitra yang tidak berkomitmen.

Sebagai konsekuensinya, Rusia akan memutus pasokan gas ke mitra atau negara tersebut.

"Tidak ada yang gratis. Kami juga tidak akan melakukan pekerjaan amal. Itu berarti kontrak saat ini akan dihentikan,” kata Putin.

Rusia memasok sekitar sepertiga kebutuhan gas Uni Eropa. Pasokan energi menjadi titik tawar yang kuat bagi Putin.

'Menggelapkan' Uni Eropa saat energi menipis, di situlah titik tawar Putin untuk membalas sanksi Barat dan UE.

Disisi lain perusahaan Eropa yang memasok gas dari Rusia masih belum setuju penggunaan rubel pada pembayaran gas sesuai permintaan Presiden Vladimir Putin.

Baca Juga: Peringatkan Propaganda, China Duga Beberapa Negara di Asia Bakal Jadi 'Boneka' AS

“Ini melanggar kontrak,” kata juru bicara Komisi Eropa.

“Kontrak yang disepakati harus dihormati. (Sebanyak) 97 persen dari kontrak yang relevan secara eksplisit menetapkan pembayaran dalam euro atau dolar," lanjut juru bicara.

"Perusahaan dengan kontrak sejenis tidak dibenarkan menyetujui permintaan Rusia,” tambahnya.

Sementara itu, negara-negara Uni Eropa mencari alternatif pasokan gas selain dari Rusia. Satu di antaranya dari Amerika Serikat.

Risikonya, harga gas dari Amerika Serikat akan lebih mahal karena faktor dalam pengiriman dan keamanan selama di perjalanan.***

Editor: Adisumirta

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler