Pertemuan Eyang Semar dan Syaikh Subakir di Gunung Bala, Mengawali Pertanda Masuk Islam di Pulau Jawa

- 14 Desember 2021, 13:53 WIB
Pertemuan Eyang Semar dan Syaikh Subakir di Gunung Bala, Mengawali Pertanda Masuk Islam di Pulau Jawa, Berikut Kisahnya
Pertemuan Eyang Semar dan Syaikh Subakir di Gunung Bala, Mengawali Pertanda Masuk Islam di Pulau Jawa, Berikut Kisahnya / Pixabay.com/ Victoria_Borodinova

PORTAL SULUT--Hampir semua orang-orang yang sudah dari suku Jawa mengenal sosok Eyang Semar.

Eyang Semar merupakan tokoh Punakawan dalam pewayangan. Ada pula yang mengenalnya melalui dunia mistis dan juga kebatinan. namun generasi sekarang banyak yang tidak tahu mengenai Semar yang dikatakan sebagai pamomong tanah Jawa itu.

Dalam cerita wayang Eyang Semar dikatakan sebagai tokoh asli Indonesia, karena tidak ditemukan dalam cerita Mahabarata ataupun Ramayana dari India.

Baca Juga: WAJIB TAHU MISTERI JAWA KUNO ! Perjanjian Syekh Subakir Dengan Sabdo Palon, Terbukti Nyata.

lantas Apakah sama antara Eyang Semar dan juga Eyang Ismoyo yang makamnya ada di Gunung Tidar?

Dilansir Portal Sulut, pada 14 Desember 2021 melalui kanal akun Youtube @Pegawai Jalanan yang berjudul "SIAPA SEBENARNYA EYANG SEMAR?? MENGAPA ORANG JAWA SANGAT MENGHORMATI TOKOH INI???"

Menurut sejarawan Profesor Doktor Slamet Mulyono, toko Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman kerajaan Majapahit yang berjudul sudah malah. selain dalam bentuk kakawin, kisah sudamalah juga dipahat sebagai relief dalam candhi Sukuh, yang berangka tahun 1439.

Asal usul Semar juga memiliki beberapa versi. Namun semua percaya Semar sebagai Dewa turun dari langit dan menyatu dengan kehidupan manusia.

Semar memiliki tugas membimbing untuk memiliki budi pekerti dan menjunjung tinggi kebenaran. Karena tugasnya, Semar juga disebut sebagai dewa bagongeng satrio sinamar mardadi kawulo atau dewa pengasuh kesatria yang menyamar sebagai hamba, seperti dikisahkan dalam kitab-kitab manikmaya anda dan paramayoga. Semar berasal dari alam kedewataan atau jagat para dewa.

Dalam naskah purwacarita dikisahkan Putra Sanghyang wenang yang bernama Sanghyang tunggal menikah dengan Dewi rekatawati, sepasang suami-istri tersebut melahirkan Putra berupa sebuah telur ajaib yang melesat ke hadapan kakeknya yaitu Sanghyang wenang.

Oleh sang kakek, telur ajaib tersebut di sabda cipta menjadi tiga zat hidup yang bersifat dewa, bagian kulit dari telur yang keras menjadi sang Gaja Mantri atau Antaga, bagian putih telur menjadi sang Ismaya, dan bagian kuning telurnya menjadi sang Sane Maya.

Halaman:

Editor: Jaka Prasojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x