Hujan Es Terjadi Minahasa Sulawesi Utara, Ini Penjelasan BMKG

- 14 Februari 2021, 20:30 WIB
fenomena hujan es di Touliang Kakas, Minahasa, Sulawesi Utara./Fb Yanny-Janny Rawung
fenomena hujan es di Touliang Kakas, Minahasa, Sulawesi Utara./Fb Yanny-Janny Rawung /

PORTAL SULUT - Hujan es terjadi di Minahasa Sulawesi Utara, Minggu 14 Februari 2021.

Ini terlihat dari postingan di facebook salah satu warga Touliang Kakas, Minahasa, Sulawesi Utara bernama Yanny-Janny Rawung.

"Fenomena alam... hujan esdi Touliang Kakas jam 14.00, sebelum ibadah PKB Jemaat GMIBM karunia Touliang," tulis statusnya, Minggu 14 Februari 2021.

Baca Juga: Kemendes Sediakan Progam Sarjana bagi Kepala Desa, Pendamping Desa Hingga Pengurus BUMDes, Begini Caranya

Dalam postingan tersebut juga memadang foto bongkahan kecil es di tangannya.

Fenomena alam seperti ini bukan kali pertama terjadi di Sulawesi Utara.

Kejadian serupa pernah terjadi tahun 2019 lalu di Kotamobagu, Sulawesi Utara.

BMKG mempunyai alasan terjadinya hujan es tersebut.

Baca Juga: Heboh Hamil 1 Jam Langsung Melahirkan, Ini Kronologinya

Sebelumnya Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Kelas II Sam Ratulangi Manado Carisz Kainama menjelaskan, hujan es disebabkan oleh awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, dan akhirnya terjadi badai petir (awan cumulonimbus).

Dalam kondisi demikian, hujan es mungkin terjadi. Sebab kristal es pada puncak awan Cumulonimbus turun ke permukaan bumi tidak semuanya mencair walaupun melewati suhu yang relatif semakin hangat.

Baca Juga: BSU Guru Honorer Tahap 2 Tahun 2021 Cair Februari?, Benarkah? Simak Penjelasannya

"Proses terbentuknya biasa, uap air berkondensasi menjadi awan, kemudian jenuh menjadi titik-titik air atau kristal-kristal es di puncak awan cumulonimbus, dan turun menjadi hujan. Tetapi untuk hujan es memang jarang terjadi," kata Carisz beberapa waktu lalu.

Dikutip dari laman BMKG, fenomena hujan es/hasil merupakan fenomena cuaca alamiah yg biasa terjadi. Kejadian hujan lebat/Es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Baca Juga: Akhirnya Terjawab Nasib BSU Guru Honorer Tahap 2, Ini Anggaran Kemendikbud Tahun 2021

Indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat

- Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

- Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)

- Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis - lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

- Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).

Baca Juga: Sudah Dibuka, Lihat Syarat dan Jadwal Mendaftar SBMPTN

- Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.

- Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri

- Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba - tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.

- Jika 1 - 3 hari berturut - turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x