Kemunculan Hewan Ini Jadi Pertanda Bakal Terjadi Tsunami. Masyarakat Diminta waspada

- 29 September 2020, 19:57 WIB
ILUSTRASI tsunami.*
ILUSTRASI tsunami.* //pixabay/kellepics

PORTAL SULUT - Kabar bakal terjadi tsunami di selatan Jawa membuat sejumlah masyarakat mulai waspada.

Kabar ini awalnya berasal dari hasil riset Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan riset terkait gempa dan tsunami.

Berdasarkan pemodelan skenario kebencanaan, tsunami dengan skala masif bisa terjadi jika segmen-segmen Megathrust di sepanjang Jawa terjadi secara bersamaan.

Baca Juga: Gaji Pertama PPPK Langsung Rp3,6 Juta

Menurut riset berbasis data BMKG dan GPS itu, tsunami setinggi 20 meter dapat menghantam Pulau Jawa, tepatnya pantai selatan Jawa barat. Sementara itu, tsunami setinggi 12 meter dapat melanda selatan Jawa Timur. Sementara itu, tinggi maksimum rata-rata 4,5 meter di sepanjang pantai selatan Jawa jika terjadi bersamaan.

Menanggapi hasil riset ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Jawa Timur menghimbau, kepada seluruh masyarakat untuk mewaspadai tanda-tanda alam jika terjadi bencana alam khususnya tsunami.

Adapun tanda pertama yakni, jika banyaknya burung burung laut terbang ke daratan merupakan salah satu tanda bahaya terjadinya tsunami karena insting hewani burung sangat kuat.

Selain itu tanda alam lainya yakni surutnya mata air di sumur rumah warga yang tiba-tiba mendadak, serta surutnya air laut secara tiba-tiba.

Baca Juga: Buat Peserta Prakerja Gelombang 6, Insentif Kamu Dipastikan Tak Akan Cair. Ini Alasannya

"Burung burung laut terbang ke darat dan air sumur masyarakat terutama masyarakat di sekitar pantai, harus ada siskamling saat ini," kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana dan Logistik, Wawan HS, Selasa 29 September 2020 seperti dikutip RRI.

Karenanya, Wawan mengharapkan, masyarakat bisa mengaktifkan siskamling terutama pada Desa Tangguh Bencana (Desana) yakni daerah disekitar pantai yang sudah disiapkan alat Early Warning System (EWS) atau sirine yang telah ditempatkan di masing-masing titik terdampak tsunami seperti di Masjid dan Balai desa.

"Selain itu di masing-masing titik juga sudah disiapkan Warning Receiver System (WRS) untuk memonitor gempa yang terjadi diseluruh Indonesia selama 24 jam penuh oleh personil," jelasnya.

Baca Juga: 5 Juta Orang Dilarang Daftar Prakerja 2021. Anda Termasuk? Cek Data Disini

"Untuk itu semua masyarakat saat ini perlu mewaspadai semua tanda dan peringatan tersebut selama informasi tersebut berasal dari institusi resmi, namun masyarakat tidak perlu panik," tandasnya.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x