Tsunami 20 Meter Ancam Jawa, Sulawesi Hingga Sumatera. Daerah Ini Wajib Waspada

- 28 September 2020, 07:30 WIB
14 wilayah ini dapat berpotensi tsunami. *
14 wilayah ini dapat berpotensi tsunami. * /Galih Nur Wicaksono/Pikiran Rakyat Bogor

PORTAL SULUT - Institut Teknologi Bandung (ITB) mengeluarkan riset tentang adanya potensi tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dengan ketinggian hingga 20 meter.

Potensi tsunami itu dapat terjadi di sepanjang daerah pertemuan lempeng tektonik, mulai dari laut Andaman di bagian Tenggara Pulau Sumatera, di Simeule, Nias, Mentawai, Enggano hingga ke bagian selatan Jawa sampai Nusa Tenggara.

Daerah-daerah lain yang terdampak meliputi Pantai Sumatera, Selatan Bali, Nusa Tenggara, Utara Papua, Manado, dan Sulawesi Utara.

Baca Juga: Minggu Pagi Ini Lancar Daftar Prakerja Gelombang 10, Segera Siapkan Ini Agar Lolos

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, selatan Pulau Jawa menjadi salah satu yang mungkin akan terdampak dari lempeng tersebut.

"Ada (Pergerakan) lempeng tektonik di Indo-Australia dengan Eurasia atau Lempeng Sunda di sebelah utaranya, sehingga lokasinya ada di selatan Jawa. Di laut lepas," ucap Rahmat.

"Jadi data-data dari adanya seismic gap di selatan Jawa, dan itu sebetulnya dua segmen. Di situ ada dua segmen yang bila terjadi patahan secara bersamaan akan menimbulkan gempa magnitudo 9,1," tambahnya.

Dan jika gempa itu terjadi ia mengatakan gempa tersebut dapat memicu patahan di segmen atau lempeng lain sehingga menimbulkan gempa bumi dengan magnitudo yang maksimal.

"Jadi tidak hanya di selatan Jawa. Di Maluku itu ada ancaman juga, bahwa ancaman itu ada potensi gempa besar di sana itu betul," ujarnya.

Baca Juga: Lakukan Ini Setelah Daftar Prakerja Gelombang 10, Dijamin Cepat Cair Dibanding Peserta Lainnya

Sebagaimana diberitakan JurnalGarut.com dalam artikel "Waspada! Tak Hanya Selatan Pulau Jawa, Wilayah ini Juga Berpotensi Tsunami 20 Meter".

Ia mengatakan Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak daerah pertemuan lempeng, sehingga potensi tsunami bisa saja terjadi di banyak tempat.

Dikutip dari RRI, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengapresiasi hasil kajian para ahli kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang adanya potensi gempa kuat atau tsunami di zona megathrust di selatan Pulau Jawa.

"Adanya potensi gempa kuat di zona megathrust di selatan Pulau Jawa hasil kajian para ahli kebumian ITB yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature baru-baru ini, diharapkan dapat mendorong kita semua untuk lebih memperhatikan upaya mitigasi bencana gempabumi dan tsunami," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono di akun Instagramnya, Jumat 25 September 2020.

Baca Juga: Lama Sertifikat Prakerja, Ini Jawaban Skill Akademy

Selain itu, lanjutnya, perlu ada upaya serius dari berbagai pihak untuk mendukung dan memperkuat penerapan building code dalam membangun infrastruktur. Menurutnya, masyarakat juga diharapkan terus meningkatkan kemampuannya dalam memahami cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami.

"BMKG dalam hal ini mengapresiasi hasil tersebut. Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case), dan ini dapat dijadikan acuan kita dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami," terangnya.

"Kita akui, informasi potensi gempa kuat di zona megathrust memang rentan memicu keresahan akibat salah pengertian (misleading). Masyarakat ternyata lebih tertarik membahas kemungkin dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan," tambahnya.

Menurutnya, informasi potensi gempa kuat selatan Jawa saat ini bergulir cepat menjadi berita yang sangat menarik. "Masyarakat awam pun menduga seolah dalam waktu dekat di selatan Pulau Jawa akan terjadi gempa dahsyat, padahal tidak demikian," jelasnya.

Baca Juga: Cara Upgrade LinkAja Cepat Tak Sampai 24 Jam

Daryono menjelaskan meskipun kajian ilmiah mampu menentukan potensi magnitudo maksimum gempa megathrust dan skenario terburuk, akan tetapi hingga saat ini teknologi belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan dan dimana gempa akan terjadi. "Maka dalam ketidakpastian kapan terjadinya, yang perlu dilakukan adalah upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah kongkrit untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa," paparnya.

Selain itu, lanjutnya, informasi hasil kajian ini hendaknya tidak mempertajam kecemasan dan kekhawatiran masyarakat. Tetapi harus segera direspon dengan upaya mitigasi yang nyata. "Apakah dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi mitigasi, latihan evakuasi (drill), menata dan memasang rambu evakuasi, menyiapkan tempat evakuasi sementara, membangun bangunan rumah tahan gempa, menata tata ruang pantai berbasis risiko tsunami, serta meningkatkan performa sistem peringatan dini tsunami," tandasnya.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah