Selain Aceh, Ini 5 Gempa Paling Dasyat yang Pernah Terjadi di Indonesia

- 12 Februari 2023, 12:49 WIB
Foto udara yang memperlihatkan tingkat kerusakan akibat gempa Bumi Turki-Suriah dan proses pencarian korban di Kahramanmaras, Turki, 10 Februari 2023./antaranews.com
Foto udara yang memperlihatkan tingkat kerusakan akibat gempa Bumi Turki-Suriah dan proses pencarian korban di Kahramanmaras, Turki, 10 Februari 2023./antaranews.com /


PORTAL SULUT - Dunia sedang berduka. Korban meninggal akibat gempa Turki dan Suriah tercatat lebih dari 28 ribu.

Jumlah korban meninggal pun diprediksi akan terus bertambah.

PBB telah memperingatkan bahwa setidaknya 870.000 orang sangat membutuhkan makanan panas di seluruh Turki dan Suriah.

Baca Juga: Siap-siap, Pengumuman PPPK Guru 2022 Segera, Ini Jadwal yang Dikeluarkan Panselnas

Hampir 26 juta orang terkena dampak gempa bumi ini.

Nah ternyata, jauh sebelum gempa terjadi di Turki dan Suriah, di Indonesia juga pernah terjadi gempa yang menewaskan puluhan ribu orang.

Tentu masyarakat tak akan lupa dengan gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004 lalu. Gempa ini menelan korban tak kurang dari 170 ribu orang.

Selain gempa aceh, masih ada beberapa gempa dasyat yang terjadi di Indonesia. Apa saja? berikut rangkumannya.

1. Aceh (2004)

Berikut ini kronologi tsunami dahsyat yang mengguncang Aceh 19 tahun lalu.

26 Desember 2004 pukul 07.59 WIB, terasa gempa dengan 9,3 SR. Gempa dirasakan selama 10 menit dan berpusat di Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 10 kilometer di dasar laut.

Saat warga masih kaget dengan gempa, mereka kembali dikejutkan dengan kenaikan air laut. Air terus meninggi hingga 30 meter.

Bahkan, di Lhoknga, Aceh Besar, air laut naik menyapu daratan setinggi sekitar 51 meter. Masyarakat Serambi Mekah, yang tinggal di pesisir atau berada di pinggir laut, berusaha menyelamatkan diri.

Ketika air laut surut, sekitar 170 ribu nyawa warga melayang akibat peristiwa tersebut. Para relawan datang ke Tanah Rencong untuk menguburkan jenazah secara massal seperti di Siron, Aceh Besar, dan Ulee Lheue, Banda Aceh.

Kini, wilayah Siron dan Ulee Lheue dikenal dengan kuburan massal korban tsunami Aceh. Jasad yang dikebumikan di sana rata-rata tidak diketahui identitasnya.

Menurut ilmuan NASA, gempa dan tsunami turut berdampak pada rotasi bumi, memperpendek durasi satu hari selama 2,68 mikrodetik, sedikit mengubah bentuk planet manusia, dan menggeser Kutub Utara beberapa sentimeter.

Baca Juga: Hari Minggu Mau Makan Dimana? Ini Rekomendasi Murah Meriah, Nasi Pecel Hanya Rp2 Ribu, Soto Rp1.000

2. Nias (2005)

Gempa bumi Nias terjadi di perairan antara Pulau Nias, Sumatera Utara dan Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam pada larut malam sekitar pukul 23.09 WIB saat masyarakat tengah beristirahat.

Pusat gempanya berada di kordinat 2° 04′ 35? U 97° 00′ 58? T, 30 km di dasar Samudra Hindia, sejauh 200 km sebelah barat Sibolga, di lepas pantai Pulau Sumatera, atau 1.400 km barat laut Jakarta, sekitar setengah jarak atau antara dua pulau, yaitu Pulau Nias dan Pulau Simeulue.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG saat ini) melaporkan gempa terjadi pada kedalaman 33 kilometer.

Gempa tak hanya dirasakan di Medan dan Banda Aceh, namun juga di daerah Padang, Jambi, Pekanbaru, bahkan hingga Kuala Lumpur, Malaysia.

Catatan seismik memberikan angka 8,7 skala Richter (BMG di Indonesia mencatat 8,2) dan getarannya terasa hingga Bangkok, Thailand, sekitar 1.000 km jauhnya.

Segera setelah terjadi, muncul peringatan akan kemungkinan datangnya tsunami yang akhirnya tidak terjadi. Gempa ini kemungkinan terpicu oleh gempa sebelumnya pada bulan Desember 2004, yaitu Gempa Bumi Samudra Hindia 2004. Akibat gemba bumi ini, tercatat 1.346 orang meninggal dunia.

3. Pangandaran (2006)

Pada 17 Juli 2006, Pulau Jawa diguncang gempa, tepatnya di lepas Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Gempa ini berkekuatan magnitudo 7,7 dan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 21 meter.

Tinggi gelombang saat itu lebih tinggi dari perkiraan tinggi gelombang yang dihasilkan dari gempa berkekuatan magnitudo 7,7.

Gempa Pangandaran ini disebut sebagai “Tsunami Earthquake” sebagaimana dijelaskan oleh Kanamori (1972).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), korban yang ditimbulkan dari bencana ini adalah 668 orang tewas, 65 hilang dan diasumsikan tewas, sementara 9.299 orang mengalami luka-luka.

Baca Juga: Info Terbaru KUR BRI 2023 Rp 270 Juta, Lengkap Bunga Tenor 1 Sampai 5 Tahun, Hanya 0,2 Persen

4. Jogjakarta (2006)

Gempa Bumi Yogyakarta Mei 2006 adalah peristiwa gempa Bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik.

Gempa yang berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) atau 6,3 SR menurut perhitungan Balai Survei Geologi Amerika Serikat (USGR) memiliki kedalaman 7,5 km.

Tak hanya korban meninggal, gempa Jogja mengakibatkan banyak rumah yang rata dengan tanah. Bahkan para korban dilarikan ke rumah sakit menggunakan bus, mobil atau berjalan kaki.

Namun jumlah rumah sakit yang menampung dan jumlah dokter tidak sebanding dengan banyaknya korban yang harus menjalani perawatan. Akibat gempa ini, jaringan komunikasi terputus dan warga yang mengungsi mencapai 200.000 orang.

Gempa Jogja merupakan salah satu gempa yang menelan banyak korban jiwa di Indonesia. Karena bencana itu, tercatat 6.234 orang meninggal dunia.

5. Padang (2009)

Gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009 ini meluluhlantakkan Kota Padang dan sejumlah kota lain di Sumatera Barat.

Gempa Bumi ini terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang.

Gempa dahsyat ini menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Korban tewas akibat Gempa Bumi Padang mencapai 1.117 jiwa.

6. Donggala, Palu (2018)

Gempa bumi ini terjadi pada Jumat, tanggal 28 September 2018 dan terjadi beberapa kali (multiple). Gempa paling kuat sebesar 7,4 SR terjadi pada pukul 18.02 Wita (17.02 WIB), diikuti gelombang tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi bagian utara.

Pusat gempa bumi (episentrum) berada di darat, sekitar Kecamatan Sirenja, 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10 km.

Gempa ini terjadi karena pergeseran sesar mendatar dari sesar Palu-Koro yang membentang dari utara-barat laut ke selatan-tenggara di sepanjang pegunungan Sulawesi Tengah.

Sesar Palu-Koro termasuk sesar yang paling aktif, laju pergerakan di sepanjang Sesar Palu-Koro diperkirakan berada di kisaran 30-40 mm per tahun.

Guncangan gempa bumi dirasakan di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju bahkan hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar.

Gempa ini memicu tsunami hingga ketinggian 1,5 meter hingga 3 meter di Kota Palu dan Donggala.

Gempa ini tak hanya diikuti gelombang laut raksasa, tapi juga fenomena tanah bergerak atau biasa disebut likuifaksi.

Korban tewas akibat peristiwa ini mencapai lebih dari 2.113 orang, 1.309 orang hilang, sementara korban luka-luka sebanyak 4.612 orang yang tersebar di berbagai rumah sakit.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah