Kader PDI-P Diminta Selektif Memilih Pemimpin, Pilih yang Berkualitas Bukan Popularitas

- 28 April 2022, 22:00 WIB
Puan Maharani blusukan di Pasar Jungke dan berdialog dengan sejumlah pedagang
Puan Maharani blusukan di Pasar Jungke dan berdialog dengan sejumlah pedagang /Dok. DPR


PORTAL SULUT - Kader PDI-P diminta untuk selektif memilih pemimpin, tidak terpegaruh hasil survei tapi memilih yang berkualitas.

Hal ini dikatakan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani. Puan meminta kader untuk selektif dalam memilih pemimpin dan tidak terpengaruh dengan hasil survei. Memilih pemimpin yakni dilihat dari kualitasnya, bukan popularitasnya.

Hal itu disampaikan oleh pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing di Jakarta, Kamis 28 April 2022, hari ini. Menurut Emrus, survei memakai pendekatan kuantitatif yang hanya bisa menangkap fenomena di permukaan. Hal itu membuat pendekatan itu tidak mendalam dan tidak dapat menjangkau secara kualitatif.

Baca Juga: Pakar Komunikasi Sebut Medsos adalah Kenyataan Hari Ini, Puan Tekankan Bekerja dan Gotong Royong

"Pendekatan kuantitatif yang dipakai untuk mencari pemimpin berarti mencari pemimpin yang populer, pemimpin yang pencitraan. Karena dari sudut pandang komunikasi, di situ terjadi manipulasi persepsi publik," tegasnya.

Emrus sependapat dengan Puan. Ia bahkan menegaskan bahwa perbincangan di sosial media termasuk dalam manipulasi persepsi publik. Sosok yang diperbincangkan di media sosial seolah-olah tokoh yang baik, berhasil, merakyat, dan populer.

Namun menurut Emrus, hal itu justru tidak harus dilakukan ketika mencari pemimpin. Sebaliknya, pemimpin yang dicari harus berkualitas.

"Justru yang harus dicari pemimpin kita yang berkualitas. Apa ukuran berkualitas? Yaitu yang kita lihat kinerjanya, sederhana untuk melihat. Pemimpin yang berkualitas mensejahterakan rakyatnya di segala bidang," tegasnya.

Menurutnya, kualitas seorang pemimpin daerah bisa dilihat dari bagus atau tidaknya pelayanan publik, tercapainya standar minimal hidup layak, bahkan termasuk kepiawaian menanggani kemacetan, dan pemerataan akses pendidikan. Baru kemudian aspek penegakan hukum.

Sebab itu, Emrus menyarankan pada lembaga survei ataupun peneliti supaya menerapkan pendekatan kualitatif dalam penelitian kepemimpinan. Karena banyak pemimpin berkualitas tidak muncul dalam survei yang dilakukan dengan pendekatan kuatitatif. Pemimpin bangsa masa depan harus dilihat dalam kaca mata kualitas.

Baca Juga: Pemilu Makin Dekat, Puan: Kita harus Terus Turun Bertemu, Bantu dan Menyejahterakan Rakyat

"Kualitatif ini, salah satu dampak negatifnya adalah menggiring opini publik. Seolah-olah hanya itu yang harus dipilih, padahal itu baru pendekatan kuantitatif," tegasnya.

Dalam pandangan Emrus, setidaknya ada beberapa sosok pemimpin berkualitas, seperti Surya Paloh, Nasaruddin Umar, dan Puan Maharani.

Sebelumnya, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani meminta agar para kader tidak terpengaruh hasil survei. Hal itu disampaikan Puan di depan ribuan kader PDI-P Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Berpikir Strategis

Sementara itu, pakar komunikasi dan pemasaran politik dari UGM Nyarwi Ahmad mengungkapkan bahwa pernyataan Puan Maharani tersebut sebagai pesan terbuka untuk semua kader partai, baik yang mendukung Puan Maharani atau tidak.

"Saya kita itu bisa menjadi pesan terbuka kepada para kader PDI-P, baik yang mendukung Mas Ganjar atau bahkan yang mendukung Mbak Puan," ujar Nyarwi.

Executive Director Indonesian Presidential Studies itu mengungkapkan pesan terbuka yang dimaksud adalah para kader diminta untuk tidak silau atau patah harapan ketika elektabilitas dan popularitas tokoh yang didukung masih rendah.

Baca Juga: Puan Resmikan Penataan Kawasan Gunung Kemukus, Ikon Baru Pariwisata di Sragen

"Pesan terbukanya adalah hasil survei yang ada jangan menjadikan puas atau sebaliknya. Misalnya kalau elektabilitas Mbak Puan kecil juga jangan patah harapan. Masih ada peluang untuk berusaha meningkatkan dukungan pada kader PDIP termasuk Mbak Puan," ujarnya.

Menurutnya, hasil survei yang selama ini cukup sering muncul di publik adalah soal elektabilitas dan popularitas. Pernyataan Puan bisa dimaknai agar para kader lebih bisa berpikir dan mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kinerja.

"Saya kira itu hal yang bagus Mbak Puan menyampaikan hal itu agar berpikirnya lebih strategis. Tidak silau pada aspek-aspek popularitas dan elektabilitas. Jauh di bawah itu ada banyak hal yang bisa berguna untuk pengembangan partai, memperkuat kinerja partai, atau memperluas daya jangkau partai ke masyarakat," tegasnya.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah