Apa Yang Hilang Dari Pendidikan Indonesia? Dunia Pendidikan Indonesia Masi Menghadapi Tantangan Yang Sulit

- 28 November 2021, 07:45 WIB
Ilustrasi bersekolah
Ilustrasi bersekolah /TRENGGALEKPEDIA.COM/Okpriabdhu Mahtinu.

Karena fokusnya pendidikan di arahkan ke pembangunan negara pendidikan terlalu seragam dan fokus ke ilmu eksaksehingga tidak terlalu membuka ruang bagi ilmu kesenian dan sosisal.
Siswa siswi pun di harapkan mempelajari semua hal walaupun tidak di minati.
Pendidikan terus memerlukan guru yang berkualitas, namun di Indonesia hal ini masi jauh dari kenyataan.

Baca Juga: Insentif Guru PAI Non PNS Cair, Ini Syarat dan Prosesnya

Berdasarkan data kemendikbud Rata-Rata hasil dari uji kompetensi Guru di indonesia masi tidak jauh angka lima puluh, tentu ini tidak sepenuhnya salah Guru sendiri.
Ada banyak permasalahan insentif menjadi Guru berkualitas yang masih kurang dan bebagai hal lainnya.

Pemerintahan harus turut meningkatkan kinerja Guru bila tidak bagaimana mungkin siswa di paksa untuk menjadi lebih baik.
Dari hasil pisa 2018, di Indonesia siswi cenderung jauh lebih baik dari matematika,IPA dan membaca dari pada siswa.

Namun di saat kita melihat data potensi ini tidak berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan riset dari Kementrian Pemberayaan Perempuan dan Anak-Anak, presentase Laki-Laki 15 tahun ke atas yang telah menamatkan pendidikan SMA ke atas lebih tinggi di bandingkan perempuan.

Di sisi lain presentase perempuan 15 tahun ke atas yang tidak menamatkan pendidikan sekolah dasar dan tidak atau belum perna bersekolah sama sekali, lebih tinggi di bandingkan Laki-Laki dan di pedesaan maupun perkotaan.
Presntase perempuan yang tidak tamat SD lebih banyakdi bandingkan Laki-Laki.

Di tambah lagi berdasarkan riset Bank Dunia tingkat partisipasi ketenaga kerja dari Laki-Laki pun masi jauh lebih tinggi di bandingkan perempuan.
Sepertinya impian Kartini masi jauh dari kenyataan.

Pada intinya bahwa kita tidak kehilangan murid yang cerdas atau Guru yang kompeten, kita hanya belum memiliki sistem pendidikan yang kondusif untuk mengembangkan bakat dan minat siswa ataupun kompetensi dari Guru.

Meskipun demikian kita tidak boleh hanya mengandalkan situasi.

Apapun yang kita hadapi ke depan pendidikan dan kegiatan belajar adalah sesuatu yang harus terus kita kejar.***

Halaman:

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x