Perintah bunda, wanita kuat didikan seorang prajurit.
Kami semua menghadap televisi yang sedang menayangkan gambar-gambar kapal yang di naiki ayah.
Bunda memimpin penghormatan kami.
"Hormat graak"
"Selamat bertugas prajurit, jangan kwatirkan kami, kami baik-baik saja, jika masih ada dermaga maka bersandarlah, dan jika dermagamu adalah surga maka tunggu kami di dermaga itu, selamat bertugas"
Suara parau bunda membuat isak tangis dan gemetar dalam penghormatan kami.
Lalu kami mengambil wudhu untuk lalukan sholat ghoib.
Saya kira kami akan sholat ghoib sendiri-sendiri. Namun tidak.
Galang, adik kami yang paling kecil, yang selama ini kami kenal bandel dan olokan, karena bontot dan lelaki sendiri, telah berdiri menempatkan dia sebagai imam
"Luruskan shaf, saya mendapat tugas dari ayah, untuk menjadi imam, menjadi muhrim dan menjaga kehormatan kakak dan bunda, karena saya lelaki sendiri, saya sebenarnya pemimpin setelah ayah, namun saya kira saya belum siap, tapi kini saya siap tidak siap harus jalankan tugas ayah, bunda, kakak, tolong bimbing saya untuk jalankan tugas ini."
Kata-kata pemimpin baru di rumah ini membuat derai air mata bercampur senyum yang keluar bersamaan.