Indonesia Persiapkan Nuklir untuk Ketahanan Pangan

- 30 November 2020, 12:39 WIB
Ilustrasi nuklir.*
Ilustrasi nuklir.* /pixabay

Semangat petani di daerahnya dalam menanam padi sempat menurun kata Eksan, namun dengan adanya penemuan baru ini, ia menjelaskan ada harapan baru bagi desanya untuk melahirkan kembali icon beras kebanggaan.

Kendala masih dihadapi dalam proses penelitian iradiasi pangan ini, diantaranya adalah Sanggar Rojolele maupun Kelompok Tani Desa Delanggu belum memiliki alat produksi pascapanen mandiri, sehingga ketika hasil panen dijual ke tengkulak atau penebas, hasilnya akan sama saja ketika menanam padi varietas biasa.

Alat-alat yang diperlukan untuk memroses secara mandiri antara lain mesin penggiling gabah, mesin selep padi menjadi beras, mesin pengemasan (kemasan karung atau mesin vakum, alat transportasi angkut hasil panen, dan tempat selepan untuk mengelola hasil produksi.

Selain itu, Sanggar Rojolele dan Kelompok Tani Desa Delanggu belum mendapatkan rekanan kerja yang bersedia membeli beras Rojolele tersebut. Kemudian, Sanggar Rojolele ataupun Kelompok Tani Desa Delanggu belum memiliki izin dagang hasil panennya sendiri.

Apabila hasil penelitian bibit iradiasi tersebut berhasil, maka kemudahan dari penanaman padi akan tercapai. Misalnya masa panen akan lebih singkat, dan hasil padi akan lebih banyak.

Keuntungan petani juga akan lebih melimpah jika hasil panen dapat maksimal, sehingga padi legendaris “Rojo Lele” dapat berjaya kembali sebagai produk unggulan agraris.***

Halaman:

Editor: Ainur Rofik

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah