Misalnya, ketika akan sholat Dzuhur maka yang diniatkan adalah sholat Dzuhur.
“Itu maka niat yang sesungguhnya waktu takbir. Yang diingat adalah Anda mau sholat Dzuhur yang wajib. Itu saja,” terangnya.
Adapun ucapan mengenai jumlah rakaat boleh tidak dihadirkan di dalam niat sholat.
“Adapun masalah ‘arbaa rakaat’ semuanya gak perlu dihadirkan dalam niat,” ungkap Buya Yahya.
Sedangkan bagi orang yang ingin melafadzkan niat sebelum takbir dan tidak hafal bahasa Arab maka boleh menggunakan bahasa apapun yang ia mengerti.
Termasuk juga dengan menggunakan bahasa Indonesia untuk niat sholat.
“Adapun bagi orang yang ingin niat sebelum takbir tadi, menghadirkan niat gak hafal bahasa Arab, boleh Bahasa Jepang, bahasa Sunda boleh, bahasa Jawa boleh,” tutupnya. ***