Dari Tikus Hingga Babi, Sembilan Pulau Ini Dikuasai Binatang, Salah Satunya di Indonesia

- 5 Juli 2022, 09:05 WIB
ILustrasi ular - Sejumlah pulau di dunia 'dikuasai' oleh binatang. Simak sembilan pulau di antaranya.
ILustrasi ular - Sejumlah pulau di dunia 'dikuasai' oleh binatang. Simak sembilan pulau di antaranya. /Foto-Rabe/Pixabay /

PORTAL SULUT - Beberapa pulau di dunia ‘dikuasai’ oleh binatang. Populasi mereka begitu mendominasi. Bahkan ada penghuni yang sebelumnya terusir atau pun tumpas.

Ya, sebagian hadir karena evolusi atau ada campur tangan manusia. Ada pula yang belum bisa dijelaskan bagaiman mereka bisa berada suatu wilayah.

Berikut beberapa pulau tempat hewan berkuasa yang dilansir Live Science.

Baca Juga: Bom Paling Kontroversial Saat Perang Dunia II Hasil Rancangan Ahli Bedah Gigi, Isinya Kelelawar!

Ilha da Queimada Grande

Manusia bahkan tidak diperbolehkan untuk berada di Ilha da Queimada Grande. Hal ini tentu demi kebaikan kita juga. Di sana dikuasai oleh ular langka.

Ilha da Queimada Grande merupakan sebuah pulau kecil di lepas pantai dari São Paulo, Brasil. Lanskapnya didominasi oleh ular beludak lancehead emas (Bathrops insularis).

Ular langka ini, hanya ditemukan di pulau itu. Mereka memiliki warna emas berbintik-bintik yang indah, dengan hidung runcing dan gigitan yang mematikan.

Lanceheads pada umumnya adalah ular paling berbahaya di Amerika Selatan, karena racun hemotoksik mereka yang menghancurkan darah dan otot.

Ular dapat memanjat pohon, yang berguna untuk berburu mangsa utamanya, burung.

Legenda lokal mengatakan, ada lima ular per meter persegi di Ilha da Queimada Grande, tetapi benarkah sebanyak itu?

Seorang ahli biologi mengatakan kepada Atlas Obscura bahwa perkiraan yang lebih masuk akal mungkin lebih seperti hanya satu ular per meter persegi.

Baca Juga: Sudah Banyak Makan Korban! 8 Gunung Ini Dinobatkan Sebagai Gunung Paling Berbahaya Bagi Pendaki, Kenapa?

Tonawanda

Tahun 2014, saluran WIVB melaporkan tentang sebuah pulau kecil di Niagara dekat Buffalo telah didominasi oleh kucing liar.

Penduduk setempat memperkirakan, ratusan kucing hidup di Pulau Tonawanda yang luasnya ‘hanya’ 85 hektare. Kucing-kucing itu mengotori wilayah tersebut dengan kotoran mereka.

Penduduk setempat mulai berupaya untuk menjaga populasi kucing-kucing ini tak memludak lagi. Anak kucing diadopsi, sementara kucing dewasa dikebiri.

Okunoshima

Pulau yang berada di Prefektur Hiroshima, Jepang, ini merupakan rumah bagi ratusan kelinci yang ramah. Mereka juga sangat suka diemong.

Bagaimana kelinci bisa mendominasi pulau kecil itu, masih belum terungkap secara jelas.

Memang, kelinci pernah digunakan untuk pengujian senjata kimia di pulau itu selama Perang Dunia II, tetapi kelinci-kelinci itu mungkin di-eutanasia (disuntik mati) setelah perang.

Ellis Krauss, seorang profesor politik Jepang di University of California, San Diego, menduga kelinci saat ini mungkin berasal dari hewan peliharaan yang dilepaskan anak-anak atau turis.

Baca Juga: Kafein Bisa Bikin Lebah Lebih Semangat ‘Bekerja’

Tak ada pemangsa di pulau ini. Jadi, mereka berkembang biak seperti, ya, seperti kelinci. Diperkirakan ada 700 kelinci di pulau ini.

Pengunjung memberi mereka makan dan bahkan meninggalkan mereka air kemasan karena air di pulau itu terkontaminasi.

Pantai Babi

Jika kamu melihat sesuatu yang aneh berenang ke arah kamu di Big Major Cay, jangan berteriak “Hiu!”, itu mungkin babi.

Big Major Cay yang lebih dikenal sebagai Pantai Babi adalah hamparan pasir kecil yang tidak berpenghuni di distrik Exuma di Bahama.

Sekitar 20 babi tinggal di sana, berenang ke perahu-perahu turis yang lewat dengan harapan mendapat makanan.

Tidak ada yang yakin bagaimana babi-babi non-pribumi ini datang ke pulau karang ini. Mereka mungkin keturunan babi pelarian dari kapal karam di masa lalu.

Ada juga kemungkinan nenek moyang mereka ditinggalkan di pulau itu oleh para pelaut sebagai semacam tempat penyimpanan makanan hidup.

Namun kini mereka tidak perlu khawatir akan jadi santapan. Mereka malah menjadi objek wisata di wilayah itu.

Baca Juga: Kisah Janet, Boneka 119 Tahun yang Diklaim Berhantu, Bikin Orang di Sekitarnya Sakit Dada dan Mual-mual

Aleutian

Nama lain wilayah ini adalah Pulau Tikus dan pelaut harus disalahkan atas julukan pulau Aleutian di Alaska ini.

Pulau terjal itu ‘dijajah’ oleh tikus kapal ketika sebuah kapal Jepang kandas di sana pada akhir 1700-an.

Segera setelah itu, hewab pengerat ini pun menghancurkan ekosistem lokal. Mereka memakan telur burung di pulau itu.

Pemerintahan teror tikus berakhir pada tahun 2008, ketika U.S. Fish and Wildlife Service bergabung dengan beberapa lembaga konservasi untuk ‘menyerang’ mereka.

Racun tikus disebardi seluruh pulau dan memusnahkan hewan pengerat invasif ini. Keracunan massal berhasil. Pada 2010, Pulau Tikus bebas tikus.

Pulau itu kemudian berganti nama menjadi Hawadax. Penelitian tahun 2016 menemukan bahwa populasi burung bangkit kembali tanpa tekanan dari hewan pengerat pemangsa.

Cayo Santiago

Banyak pulau Karibia memiliki monyet, tetapi Cayo Santiago di Puerto Rico berbeda. Manusia menjadikan surga tropis yang rimbun ini sebagai primata Shangri-la pada tahun 1930-an.

Baca Juga: Kisah Janet, Boneka 119 Tahun yang Diklaim Berhantu, Bikin Orang di Sekitarnya Sakit Dada dan Mual-mual

Ini merupakan cara untuk mempelajari monyet tanpa harus melakukan perjalanan jauh ke Afrika dan Asia.

Menurut laporan NPR pada2015, kera rhesus sangat berguna bagi para peneliti yang mempelajari genetika, perilaku, perkembangan, dan topik terkait.

Tetapi mereka secara alami membawa herpes B. Virus ini tidak terlalu mengganggu monyet, tetapi dapat menyebabkan radang otak dan sumsum tulang belakang pada manusia.

Namun di sisi lain, wisatawan atau nelayan yang datang ke pulau itu dapat dengan mudah memusnahkan seluruh populasi kera dengan penyakit mereka.

Pulau Monyet

Awalnya pulau di lepas pantai Liberia ini adalah fasilitas penelitian medis bernama New York Blood Center. Peneliti menggunakan simpanse liar dalam penelitian vaksinasinya.

Fasilitas penelitian mulai digunakan pada 1970-an hingga akhirnya ditutup pada 2005. Saat itu ada 66 simpanse yang tersisa.

Mereka dibebaskan di daratan kecil yang lantas dijuluki Pulau Monyet, padahal simpanse adalah kera. Saat itu, ada petugas yang dibayar untuk menyiapkan mereka makanan dan air.

Namun pulau ini jauh dari surga bagi penghuninya. Mereka kelaparan dan kehausan. Pada 2017, sejumlah relawan, masyarakat, organisasi, menggalang dana agar penghuni bisa makan layak.

Baca Juga: Binatang Pemakan Bangkai Lindungi Hewan Lain dari Penyakit Menular

Pulau Christmas

Pulau Christmas adalah wilayah kecil Australia di Samudra Hindia. Jaraknya 2.600 kilometer dari Perth.

Tentu saja, ada manusia yang tinggal di sana, tetapi penduduk paling terkenal di Pulau Christmas adalah Gecarcoidea natalis alias kepiting merah Pulau Christmas.

Perbandingannya, dari 2.000 atau lebih orang di Pulau Christmas, ada 25.000 kepiting merah. 50 juta atau lebih kepiting ini sulit untuk dilewatkan.

Mereka berukuran sekitar 4,5 inci (116 milimeter), menurut Asosiasi Pariwisata Pulau Christmas. Kepiting ini berwarna merah cerah.

Setiap tahun, sekitar bulan Oktober atau November, kepiting merah dewasa meninggalkan hutan mereka di pedalaman dan berbaris ke pantai. Di tempat itu, mereka berkembang biak secara massal dan mengirim telur mereka ke laut.

Pulau Naga

Terakhir, tentu saja ada Pulau Komodo. Rumah bagi para ‘naga’ yang hidup berdampingan dengan manusia di pulau itu.

Bagi mereka yang bukan berasal dari luar pulau ini, mungkin tak terbayang hidup bersama kadal besar seberat 90 kg, pemangsa pula. Tapi, tidak di Taman Nasional Komodo.

Komodo benar-benar menguasai kepulauan di Taman Nasional Komodo dengan cara yang tidak biasa.

Mereka dapat terlihat tertidur di kolong rumah atau berkeliaran dengan puas di sepanjang pantai, terkadang sangat dekat dengan manusia.***

Editor: Adisumirta

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah