PM itu termasuk debu gurun alami serta segala macam polutan dari mikroplastik, api memasak, industri, kegiatan pertanian, pembakaran bahan bakar fosil, dan kebakaran hutan.
WHO sedang memantau partikulat dengan diameter sama atau lebih kecil dari 10 m (PM10) atau 2,5 m (PM2.5).
"Materi partikulat, terutama PM2.5, mampu menembus jauh ke dalam paru-paru dan memasuki aliran darah, menyebabkan dampak kardiovaskular, serebrovaskular (stroke) dan pernapasan," kata WHO.
"Ada bukti yang muncul bahwa partikel berdampak pada organ lain dan menyebabkan penyakit lain juga," demikian laporan WHO.
Secara global, hanya 23 persen orang di 4.000 kota yang diukur menghirup tingkat NO2 yang berada dalam pedoman keselamatan WHO.
Bulan lalu, laporan kualitas udara skala besar lainnya oleh perusahaan Swiss IQAir sampai pada kesimpulan serupa.
Kedua laporan menunjukkan hampir semua dari kita menghadapi peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, penyakit paru-paru, dan kanker.
WHO memperkirakan polusi luar ruangan bertanggung jawab atas sekitar 4,2 juta kematian dini pada tahun 2016, dari PM2.5 saja.***