Kondisi Langka, Perempuan Ini Bertahan Hidup hanya dengan 10 Biskuit Setiap Hari

21 November 2022, 21:51 WIB
Ilustrasi. Talia Sinnott kini hanya bisa makan sepuluh biskuit sehari. Itulah satu-satunya makanan yang bisa membuatnya bertahan hidup. /Foto: Pexels/Pixabay/

PORTAL SULUT - Biskuit menjadi makanan penyelamat hidupnya untuk saat ini. Itu pun tak selalu bisa ia nikmati sepenuhnya

Talia Sinnott kini hanya bisa makan sepuluh biskuit sehari. Itulah satu-satunya makanan yang bisa membuatnya bertahan hidup.

Wanita berusia 25 tahun itu menderita Gastroparesis, penyakit kronis yang membuat perutnya kesulitan memproses makanan.

 Baca Juga: Tak Tersisa, Hadiah Lotere Rp2,6 Miliar Dibawa Kabur Istri dengan Selingkuhan

Talia didiagnosis dengan kondisi langka empat tahun lalu, pada saat penyakitnya sangat parah. Dia bisa sakit hingga 30 kali sehari.

Berat badan Talia pun anjlok. Beratnya kini hanya lima stone atau sekitar 31,7 kilogram.

Selama enam bulan terakhir, psikolog klinis peserta pelatihan mengandalkan selang makanan untuk memberinya nutrisi.

Dia sekarang mencoba mengumpulkan £80 ribu atau sekitar Rp1,4 miliar untuk memasang alat pacu jantung.

Alat itu diharapkan bisa membantu perutnya menerima makanan lain.

Talia mengatakan, terkadang biskuit tersebut rasanya enak, tapi juga aneh di waktu lain. Namun ia juga meminum jus labu.

'Tidak ada pola sama sekali untuk makan saya jadi selalu ada permainan menebak," kata dia sebagaimana dikutip dari Metro.

"Suatu hari saya bisa baik-baik saja dengan makan jenis makanan tertentu dan kemudian tiga hari kemudian saya tidak bisa mentolerirnya," Talia menambahkan.

Baca Juga: Real Madrid Percaya Benzema Kembali Fit, Tak Akan Datangkan Pemain Pengganti di Januari Ini 

Semula dia bisa memakan kentang yang sudah ditumbuk karena lembut tapi sekarang tidak bisa.

"Ini sangat sulit karena tidak seperti intoleransi di mana Anda dapat menghindari jenis makanan tertentu. Ini sangat acak," kata dia.

Talia pertama kali mengalami gejalanya pada tahun 2018 ketika dia mulai 'merasa kenyang' dan seolah-olah 'ada makanan di dadanya'.

Gejalanya kambuh sesekali, tetapi selama bertahun-tahun menjadi lebih agresif.

Dia mengatasi masalahnya dengan makan makanan kecil. Dokter umum juga meresepkan obatnya, tetapi hanya membantu meringankan gejalanya untuk waktu yang singkat.

Pada Januari 2022, kesehatannya memburuk dengan cepat ketika dia tertular virus yang menyerang sistem pencernaannya.

Setelah beberapa kali pemeriksaan medis, dia akhirnya didiagnosa menderita gastroparesis, kondisi jangka panjang dimana perut tidak bisa dikosongkan dengan cara normal.

Talia sekarang sangat ingin memasang alat pacu jantung lambung yang akan mengirimkan impuls ke otot perutnya untuk memungkinkannya mencerna makanan.

"Begitu sedikit yang diketahui dan dipahami tentang penyakit kronis saya sehingga sering salah didiagnosis," kata dia.

Talia berharap mendapatkan total penggalangan dana dalam enam bulan ke depan, dan memasang alat pacu jantungnya tahun depan.***

Editor: Adisumirta

Sumber: Metro

Tags

Terkini

Terpopuler