Punya Gen Langka, Pria Angkat Seluruh Lambungnya Agar Terhindar dari Risiko Kanker

15 November 2022, 21:56 WIB
Anders Johnson terpaksa melakukan gastrektomi atau operasi pengangkatan lambung karena miliki gen langka. /Foto: SWNS via Metro/

PORTAL SULUT - Anders Johnson kini hidup tanpa lambung. Dia terpaksa melakukan Gastrektomi atau operasi pengangkatan lambung karena miliki gen langka.

Gen tersebut yang menyebabkan kematian ibu kandung dan kakeknya karena kanker yang disebut Hereditary Diffuse Gastric Cancer (HDGC).

Dengan pengangkatan lambung, Anders berharap bisa hidup lebih lama. Harapannya bisa menyaksikan anak-anaknya tumbuh besar.

 Baca Juga: Qatar Dituding Gunakan 'Penggemar Bayaran' untuk Parade Pendukung Piala Dunia

Namun ternyata, usai pengangkatan lambung atau gastrektomi, dia mengalami masa-masa yang sulit. Ia bahkan sempat berpikir untuk bunuh diri.

Saat usianya 41 tahun, Anders tahu dia memiliki gen CDH1, gen langka yang bisa meningkatkan kemungkinan berkembangnya HDGC.

"'Kakek dari pihak ibu saya meninggal karena HDGC ketika dia berusia 50 tahun," kata Anders seperti dikutip dari Metro.co.uk.

"Ibu saya didiagnosis menderita HDGC, yang menyebar menjadi kanker kerongkongan ketika dia berusia 48 tahun," lanjut dia.

Karena HDGC bersembunyi di lapisan perut, kata Anders, ibunya baru ketahuan terkena kanker hanya beberapa bulan sebelum kematiannya.

Anders kemudian mengikuti tes untuk CDH1.

"Konseling genetik memfasilitasi pengujian khusus untuk CDH1. Saya dan istri saya harus menjalani konseling genetik sebelum menjalani tes.

"Lima anak kami memiliki peluang 50% untuk mewarisi mutasi gen CDH1," kata dia.

 Baca Juga: Jelang Piala Dunia Qatar, Beredar Pesan di Telegram Ancaman Serangan Pendukung ISIS

Dokter mendesak Andres untuk menjalani gastrektomi penuh, mengangkat seluruh organ perut.

"Dengan lima anak, saya ingin melihat mereka tumbuh, memiliki keluarga sendiri, dan menjadi tua bersama istri saya yang cantik," kaya Anders.

"Saya sudah pada usia di mana kanker memanifestasikan dirinya - 40 tahun lebih - jadi ada juga rasa urgensi."

Tapi, terlepas dari kekhawatiran awal, apoteker ini pun alhirnya melakukan operasi pengangkatan organ perut.

Namun, tiga tahun setelah operasi cukup menantang karena tubuh Andres terbiasa dengan cara baru dalam mencerna makanan dan nutrisi.

Awalnya dia tidak bisa mendapatkan nutrisi lengkap yang dibutuhkan tubuhnya, yang diperparah oleh Sindrom Dumping.

Sindrom ity terjadi saat makanan bergula dan bertepung bergerak terlalu cepat ke dalam usus kecil.

Hal ini menyebabkan dia kehilangan 30 persen dari berat badannya.

Namun, prosedur tersebut juga berdampak pada mental Andres, yang mengalami pikiran untuk bunuh diri setelahnya.

 Baca Juga: Ledakan Bom Istanbul Bangkitkan Trauma: Saya Merasa Lumpuh karena Takut

"Antara penurunan berat badan, rasa sakit, energi, dan hanya hubungan antara penyerapan nutrisi dan neurokimia emosional, ada alasan fisiologis yang sebenarnya untuk depresi, selain keadaan seputar keseluruhan prosedur."

Tapi sekarang, tujuh tahun kemudian, Andres berada di tempat yang jauh lebih baik dan mengatakan dia 'lebih sehat daripada sebelum prosedur.'

Dia juga menghargai waktu bersama anak-anaknya dan berharap dapat menyambut cucu suatu hari nanti.

Istri Anders, Jennifer, mengatakan, suamina sangat kuat. Tujuh tahun pasca-operasi, mereka menghabiskan musim panas dengan berbagai kegiatan.

"Kami mendaki, memancing, dan menjalani gaya hidup yang sangat aktif dengan lima remaja kami," kata Jennifer.

"Dia berolahraga pada jam 5 pagi setiap pagi dan dalam kondisi yang lebih baik daripada saat kami bertemu 29 tahun yang lalu.

"Keluarganya sangat bangga padanya dan semua yang telah dia lalui," kata Jennifer.***

Editor: Adisumirta

Sumber: Metro

Tags

Terkini

Terpopuler