Wabah Virus Bunuh Hampir 100 Ribu Ekor Sapi dan Kerbau di India dan 2 Juta Lainnya Jatuh Sakit

1 Oktober 2022, 11:23 WIB
Ilustrasi. Total hampir 100.000 sapi dan kerbau di India mati terkena virus penyakit, sementara dua juta ternak lainnya mati. /Foto: Kat Smith/Pexels/

PORTAL SULUT - Pedalaman India yang luas kini diselingi oleh kuburan massal sapi. Di beberapa tempat, bangkai membusuk di tempat terbuka dan tangisan kesakitan hewan bergema di desa-desa.

Negara bagian Rajasthan Barat telah mengalami dampak terburuk. Sebanyak 60 ribu ternak mati dan hampir 1,4 juta lainnya jatuh sakit.

Menurut AP News, total hampir 100.000 sapi dan kerbau di India mati terkena virus penyakit, sementara dua juta ternak lainnya mati.

Baca Juga: Misterius, Kulit Seorang Pria Berubah dari Putih ke Coklat Setalah Minum Antidepresi

Wabah ini telah memicu hilangnya pendapatan yang menghancurkan bagi peternak sapi.

Penyakit ini tidak hanya menyebabkan kematian tetapi juga dapat menyebabkan penurunan produksi susu, hewan kurus, dan masalah kelahiran.

Penyakit yang disebut penyakit kulit kental ini disebarkan oleh serangga yang meminum darah seperti nyamuk dan kutu.

Sapi dan kerbau yang terinfeksi demam dan timbul benjolan di kulitnya.

Wabah ini membuat kondisi para petani di India tambah mengenaskan. Mereka juga mengalami kerugian besar akibat peristiwa cuaca ekstrem selama setahun terakhir.

Gelombang panas yang memecahkan rekor di India mengurangi hasil panen gandum pada bulan April di di negara bagian timur seperti negara bagian Jharkhand.

Tanaman musim dingin yang kering seperti kacang-kacangan, dan curah hujan yang luar biasa hebat di bulan September juga merusak beras di bagian utara India.

Kini, virus telah menyebar ke setidaknya 15 negara bagian dengan jumlah kematian sapi dan kerbau hampir dua kali lipat dalam tiga minggu, kantor berita Press Trust of India melaporkan.

Baca Juga: Pembunuh dan Kanibal Ini Bebas Berkeliaran di Jepang, Bahkan Bintangi Film Dewasa

Sapi merupakan gantungan bagi para petani kecil setelah guncangan perubahan iklim. Mereka mengambil susunya.

Devinder Sharma, pakar kebijakan pertanian di kota Chandigarh, mengatakan, angka kasus yang dicatat pemerintah bahkan bisa lebih banyak pada kenyataannya.

Kasus pertama di Asia Selatan terdeteksi pada 2019, dan sejak itu menyebar ke India, Cina, dan Nepal.

Penyakkit ini pertama kali tercatat di Zambia pada tahun 1929 dan telah meluas melalui Afrika dan baru-baru ini ke beberapa bagian Eropa.

“Penyakit ini menular. Sekarang bergeser dari barat ke timur (India),” kata seorang direktur di Departemen Peternakan Negara Bagian Rajasthan Narendra Mohan Singh.

Petani di negara bagian yang terkena dampak, seperti Himalayan Himachal Pradesh, juga telah mendesak pemerintah untuk bantuan keuangan.

Sementara itu, sebuah studi tentang susunan genetik virus penyakit kulit kental menemukan bahwa itu sangat berbeda dari versi sebelumnya, kata Vinod Scaria, seorang ilmuwan di Institute of Genomics and Integrative Biology di New Delhi.

Virus berevolusi sepanjang waktu dan tidak semua perubahan ini berbahaya bagi kesehatan.

Tetapi Scaria, yang merupakan salah satu penulis penelitian tersebut, mengatakan bahwa penelitian tersebut mengungkapkan perlunya pemantauan dan pelacakan penyakit secara terus menerus karena tidak jelas bagaimana virus berevolusi dalam dua tahun terakhir.

“Jika Anda memiliki pengawasan terus menerus, Anda akan siap,” katanya.***

Editor: Adisumirta

Sumber: AP News

Tags

Terkini

Terpopuler