Pria Ini Terbangun di Peti Mati dan Menyadari Nyawanya Akan Ditumbalkan

15 Agustus 2022, 21:56 WIB
Upacara Pachamama, yakni persembahan bagi Dewi Bumi di Bolivia. /Foto: Reuters/ /

PORTAL SULUT - Seorang pengunjung festival di Bolivia yang ketakutan mengaku nyawanya akan ditumbalkan saat upacara untuk Dewi Bumi.

Víctor Hugo Mica Alvarez (30) mengaku sempat terjebak dalam peti mati di Achacachi sekitar 50 mil di kota El Alto, Bolivia.

Malam sebelumnya, dia minum minuman beralkohol begitu banyak saat upacara persembahan untuk Pachamama atau Dewi Bumi akan dimulai.

Baca Juga: Pusing Cari Jodoh? Cukup Pilih dan 'Belanja' Mempelai Pria di Pasar Pengantin

Pada upacara itu, warga setempat mempersembahkan banyak hal untuk Dewi Bumi yang mereka percaya 'membuka mulutnya' untuk persembahan di Agustus.

Victor mengeklaim bahwa dia termasuk di antara pengorbanan manusia, namun pria ini berhasil kabur.

"Tadi malam adalah pra-masuk [festival], kami berdansa. Dan setelah itu saya tidak ingat," kata dia kepada media lokal seperti dilansir Metro.co.uk.

"Satu-satunya hal yang saya ingat adalah saya pikir saya berada di tempat tidur saya, saya ingin bangun untuk buang air kecil dan saya tidak bisa bergerak.

"Saya mendorong peti mati, saya memecahkan kaca yang ada di dalamnya dan dengan cara itu saya bisa keluar.

"Mereka ingin menggunakan saya sebagai sullu," kata dia.

Ketika Victor melaporkan penguburannya ke polisi, mereka tidak mempercayainya. Polisi hanya bilang, pria itu sudah terlalu mabu.

"Saya memecahkan kaca, seluruh tangan saya terluka. Saat saya pergi ke polisi dan mereka mengatakan kepada saya bahwa saya mabuk," ujar Victor.

Istilah sullu mengacu pada setiap persembahan yang biasa dilakukan untuk dipersembahkan kepada Pachamama.

Baca Juga: Belasan Tahun Sebelum Menikah, Saat Kecil Mereka Berada dalam Satu Foto Tanpa Mengenal Satu Sama Lain

Persembahan biasanya manisan berwarna-warni, llama kering, tanaman obat, telur, mineral, pengorbanan manusia masih dilakukan.

Pachamama tahun ini berlangsung pada tanggal 1 Agustus, dengan satu ritual yang melibatkan masyarakat adat berkumpul saat fajar untuk upacara dengan api dan persembahan.

Para pengikut pergi ke ketinggian tertinggi yang mereka bisa untuk membakar tumpukan kayu dengan lemak hewani, kertas berwarna, dan permen untuk berterima kasih kepada sang dewi.

Mereka percaya bahwa Ibu Pertiwi kelelahan setelah menyediakan kebutuhan bagi umat manusia.***

Editor: Adisumirta

Sumber: Metro.co.uk

Tags

Terkini

Terpopuler