Bumil Wajib Tahu, 6 Gangguan Kehamilan Yang Bisa Berakibat Fatal Jika Tidak Ditangani Dengan Tepat

- 17 Juli 2022, 20:17 WIB
Bumil Wajib Tahu, 6 Gangguan Kehamilan Yang Bisa Berakibat Fatal Jika Tidak Ditangani Dengan Tepat
Bumil Wajib Tahu, 6 Gangguan Kehamilan Yang Bisa Berakibat Fatal Jika Tidak Ditangani Dengan Tepat /Pixabay

PORTAL SULUT - Kehamilan yang sehat dan lancar merupakan dambaan setiap ibu hamil.

Namun, kadangkala harapan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi karena gangguan kehamilan bisa saja terjadi selama periode kehamilan.

Gangguan kehamilan adalah masalah kesehatan yang terjadi selama kehamilan yang melibatkan kesehatan ibu, bayi atau keduanya. Ibu hamil perlu mewaspai gangguan kehamilan karena dalam beberapa kasus, gangguan kehamilan ini bisa berkembang menjadi komplikasi yang bisa berakibat fatal bagi ibu hamil dan tumbuh kembang bayi jika tidak ditangani dengan tepat.

Baca Juga: Jangan Sembarang Beri Makan, 5 Makanan ini Berbahaya Bagi Kucing Peliharaan, Bisa Berakibat Fatal!

Oleh karena itu, yuks simak penjelasan beberapa gangguan kehamilan yang harus diwaspadai sebagaimana disarikan dari bahan paparan Bincang Santuy Bersama Dukun Bayi pada Puskesmas Tepus I.

Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang menyerang saluran kemih dan organ di sekitarnya.

Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada ibu hamil karena adanya dorongan dari rahim, yang berada tepat di atas kandung kemih. Ketika rahim makin membesar, tambahan beratnya dapat menghalangi aliran urine dari kandung kemih.

Akibatnya, ibu hamil jadi lebih sulit untuk mengosongkan kandung kemih sepenuhnya. Hal ini menyebabkan bakteri menumpuk dalam saluran kemih.

Infeksi apa pun selama kehamilan bisa sangat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal Ini dapat meningkatkan risiko persalinan prematur. Tanda dan gejala ISK meliputi rasa terbakar atau buang air kecil yang menyakitkan, urin keruh atau bernoda darah, nyeri panggul atau punggung bagian bawah, sering buang air kecil, dan mual atau muntah.

Anemia

Ibu hamil berisiko lebih tinggi terkena anemia karena kebutuhan jumlah darah untuk membantu memberikan nutrisi bagi bayi. Ketika menderita anemia, darah tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke jaringan dan bayi.

Beberapa jenis anemia dapat berkembang selama kehamilan termasuk pada anemia defisiensi besi, anemia defisiensi folat, dan kekurangan vitamin B12.

Anemia defisiensi besi yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan risiko mengalami bayi prematur atau berat badan lahir rendah, kehilangan banyak darah saat persalinan, depresi pasca persalinan, bayi dengan anemia dan anak dengan keterlambatan perkembangan.

Baca Juga: Suka Ngorok Waktu Tidur? Coba Terapkan HARI INI Juga 2 Tips ala dr. Zaidul Akbar Berikut

Preeklamsia

Ibu hamil didiagnosis preeklamsia jika memiliki tekanan darah tinggi dan kadar protein yang tinggi dalam urine atau kelainan hati atau ginjal setelah 20 minggu kehamilan.

Masalah kesehatan ini dapat menyebabkan janin yang sedang berkembang kekurangan darah dan oksigen. Selain itu, ibu hamil yang terkena preeklamsia juga rentan mengalami komplikasi gangguan liver sampai ginjal.

Apabila tidak diberikan perawatan medis yang tepat, preeklamsia bisa membahayakan janin dan ibu hamil.

Cairan ketuban sedikit

Oligohidramnios atau oligohidramnion
adalah kondisi saat cairan ketuban berada pada kadar terlalu rendah, dan dapat menyebabkan gangguan saat persalinan hingga kematian bayi.

Cairan ketuban berperan penting melindungi bayi dari guncangan dan infeksi, membantu menjaga suhu dalam rahim, mencegah tekanan pada tali pusat yang mengganggu pasokan oksigen pada bayi, membantu sistem pernapasan dan pencernaan janin, serta memungkinkan bayi untuk bergerak guna perkembangan tulang dan ototnya.

Bumil dikategorikan mengalami Oligohidramnion jika volume air ketubannya kurang dari 500 mililiter (ml) pada usia kehamilan 32-36 minggu.

Melansir dari American Pregnancy Association, oligohidramnion yang terdeteksi pada trimester pertama kehamilan, komplikasinya dapat menjadi lebih serius, seperti kompresi organ janin yang mengakibatkan cacat lahir dan meningkatkan risiko keguguran atau lahir mati.

Apabila oligohidramnion terdeteksi pada trimester kedua kehamilan, komplikasi dapat termasuk hambatan pertumbuhan janin dalam rahim atau Intrauterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran prematur, komplikasi persalinan seperti kompresi tali pusat, cairan bernoda meconium, dan kelahiran sesar.

Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang berlangsung selama masa kehamilan sampai proses persalinan. Kondisi ini umumnya terjadi pada trimester kedua atau trimester ketiga.

Diabetes gestasional terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup insulin untuk mengontrol kadar glukosa (gula) darah selama masa kehamilan. Jika diabetes tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi kehamilan yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan bayi, antara lain:

Baca Juga: Jika Rasakan Ini di Betis, Tanda Umur Tinggal Sejengkal Kata Gus Baha

Bayi lahir besar

Bayi lahir prematur

Bayi mengalami hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah) setelah lahir
Bayi berpotensi menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari

Lahir mati

Plasenta previa

Plasenta previa adalah sebuah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tidak kunjung bergerak ke atas seiring bertambahnya usia kehamilan hingga waktu persalinan tiba. Plasenta tetap berada di bagian bawah rahim hingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Plasenta previa dapat menyebabkan pendarahan yang berakibat komplikasi lain dan mungkin mengharuskan ibu hamil untuk melahirkan lebih awal. Perempuan yang memiliki plasenta previa ketika mereka melahirkan harus melalui operasi sesar.

Untuk meminimalkan risiko terjadinya gangguan kehamilan tersebut, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan oleh ibu hamil atau perempuan yang merencanakan untuk hamil, antara lain:

Menghindari rokok, alkohol, dan obat-obatan (kecuali obat-obatan yang direkomendasikan oleh dokter)
Konsumsi setidaknya 400 mikrogram asam folat setiap hari mulai sebelum dan berlanjut hingga kehamilan.

Dapatkan imunisasi yang tepat.
Mengonsumsi makanan yang sehat
Menjaga berat badan yang tepat.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur, kecuali disarankan sebaliknya oleh dokter
Melakukan pemeriksaan secara rutin.

Semoga artikel ini bermanfaat.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah