Pergantian Pemeran Utama Sinetron Suara Hati Istri: Zahra Dinilai Tak Menyelesaikan Masalah, Ini Alasan Ernest

- 4 Juni 2021, 19:48 WIB
Foto diambil dari capture instagram pribadi Ernest Prakasa.
Foto diambil dari capture instagram pribadi Ernest Prakasa. /FOTO: Tangkap layar/

“Selain itu akan berdampak pada kesehatan mentalnya juga dan juga faktor fisik untuk mengandung, melahirkan di usia begitu mudah, oleh karena itu tahun 2019 lalu akhirnya pemerintah merevisi undang-undang perkawinan,” jelasnya.

Dijelaskannya, saat ini usia minimal buat pria dan wanita untuk menikah adalah 19 tahun.

“Di sini letak masalahnya. Sebenarnya kita punya tanggung jawab buat mengedukasi bahwa pernikahan yang terlalu muda itu berbahaya. Lebih banyak negatif dan daripada positifnya untuk si perempuan,” katanya.

Lanjutnya, di sinetron ini, masalahnya si karaker istri ketiga, menikah saat duduk di bangku sekolah. Artinya saat berada dibangku SMA, kebanyakan seorang anak masih dibawa 19 tahun.

Baca Juga: Ikatan Cinta Tambah Pemeran Baru, Jenifer Cewek Cantik Teman Rendy, Ini Profilnya

“Meskipun tidak ada penyebutan soal usia, itu betul. Tapi dengan memberikan penggambaran bahwa anak SMA sudah dinikahkan,” jelasanya.

“Selain itu, cerita di sinetron tersebut akan berbeda jika terjadi konflik saat anak SMA menikah dan dia tidak bahagia. Nah disini kita bisa belajar. Tetapi malah di romantisisasi, keluarganya seneng begitu,” tambahnya.

Disisi lain, mengaku tidak berharap sinetron tersebut dihentikan. “Jadi kesimpulannya teman-teman, kita memanfaatkan momentum ini untuk menyebarkan edukasi bahwa kita berada di era, di mana sekarang pernikahan remaja itu sudah bukan sesuatu yang dilegalkan. Oleh negara saat ini untuk usia menikah 19 tahun. Jadi kalau ada penggambaran yang menikah dibawa usia tersebut, apalagi penggambarannya dalam konteks negatif dan lebih ke romantis, ya teman-teman bisa nilai sendirilah, kira-kira itu itu banyak manfaatnya atau mudharatnya,” ujarnya.

Dia pun menyentil soal sebuah postingan sebuah akan instagram yang nampak membela cerita di sinetron tersebut. Sang pemilik akun membandingkan dengan video-video yang bertebaran di youtube yang banyak tidak mendidik.

“Itu benar dan itu YouTube. YouTube itu bukan TV. TV itu adalah kenal publik dan karena itu kenal publik maka orang-orang yang menumpang frekuensi milik negara tersebut punya tanggung jawab moral buat mengedukasi masyarakat. Beda sama konten di streaming, beda sama film, beda sama YouTube. Jadi memang gak bisa dibandingin begitu. Ini dua hal yang berbeda menurut gua,” tandasnya.***

Halaman:

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x