Karena takut rumah yang menjadi jaminan bank akan benar-benar disita, maka beliau dengan memelas mencoba untuk mencari pinjaman uang kepada teman dan sanak familinya, dan bisa dengan mudah ditebak bahwa jawabannya adalah tidak.
Kemudian suatu hari beliau pergi keluar kota menemui harapan terakhirnya untuk meminjam uang, tapi lagi-lagi Jawabannya adalah tidak.
Karena memang bisa dimaklumi dengan kondisi pandemik yang belum tahu kapan berakhir, orang akan benar-benar menjaga harta mereka dengan segala kelelahan dan keputusasaan di dalam hatinya, beliau kembali pulang.
Beliau membayangkan bagaimana nasib keluarganya apabila rumahnya benar-benar disita oleh bank dengan sesekali menghisap rokoknya yang sudah hampir habis.
Beliau merasa lelah, dan kemudian memutuskan untuk berhenti di sebuah mushola kecil pinggiran desa.
Setelah menunaikan ibadah, beliau pun merebahkan badannya sekedar untuk melepas penat.
Namun karena terlalu capeknya menyetir, beliau tidak sengaja terlelap tidur dengan menatap dalam-dalam.
Pak Anwar menuturkan bahwa berawal dari sinilah kehidupan beliau akan berubah 180 derajat dalam tidurnya tersebut.
Beliau mengatakan bahwa dirinya bermimpi didatangi oleh sosok berjubah putih yang bercahaya. dengan kata-katanya yang berwibawa.