Sasha Winkler, kandidat doktor antropologi biologi di University of California, Los Angeles, mengatakan primata mempunyai ekspresi seperti manusia saat bermain.
Awalnya Winkle mengamati kera rhesus (Macaca mulatta). Mereka terengah-engah saat bermain. Banyak primata lain juga diketahui bersuara saat bermain.
Winkler dan rekannya, Greg Bryant, seorang pengajar dan wakil ketua di Departemen Komunikasi UCLA, kemudian memperluas kemungkinan tertawa di hewan lainnya.
Winkle dan Bryant meninjau penelitian-penelitian sebelumnya. Mereka mencari penyebutan pada hewan apa pun yang memberi isyarat vokal selama bermain.
Penyelidikan mereka menghasilkan lusinan contoh dengan laporan sinyal permainan vokal di seluruh literatur mamalia.
“Terutama di antara primata, hewan pengerat, karnivora sosial dan (pada tingkat lebih rendah) mamalia laut,” tulis mereka.
Suara-suara ini banyak terjadi hanya selama bermain. Mereka mencontohkan dengkuran monyet vervet (Chlorocebus aethiops) dan getaran ultrasonik tikus (Rattus norvegicus).
Contoh lainnya adalah siulan dan kicauan lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) serta intipan monyet tupai (Saimiri sciureus).
Sebagian besar spesies primata, termasuk simpanse, gorila, monyet, dan babon, menunjukkan tawa lucu. Mereka tertawa terengah-engah, tepukan bibir dan gerutuan hingga getar dan jeritan.