PORTAL SULUT - Banyak misteri dan mitos yang membayangi gunung slamet yang berada di Pulau Jawa.
Salah satunya adalah letusannya yang disebut bikin Pulau Jawa terbelah 2 dalam ramalan Jayabaya.
Hal tersebut tak lepas dari lokasi gunung Slamet yang berada di tengah Pulau Jawa.
Lantas misteri seperti apakah yang beredar menganai gunung tersebut.
Berikut ulasannya yang portalsulut.com rangkum dari kanal Youtube Santri Muda, yang diunggah pada 27 desember 2021.
Menurut kepercayaan penduduk setempat dan pendaki terdapat kerajaan gaib yang bisa dimasuki melalui gerbang berupa dua pohon besar.
Selain itu pos 4 di jalur pendakian di Gunung Slamet juga dikenal sangat mengerikan.
Saking angkernya pos tersebut tidak direkomendasikan untuk dijadikan tempat berkemah karena bakal banyak makhluk gaib yang akan mengganggu.
Di pos yang dikenal dengan sebutan pos samarantu ini dikenal paling kental aroma mistisnya.
Konon penamaan pos ini diambil dari kata samar dan hantu, namun hal ini sebenarnya tak lepas dari keberadaan pohon samarantu di pos 4 ini.
Baca Juga: 6 Negara Ini Paling Banyak Gunung Berapi di Dunia, Indonesia Urutan Berapa?
Pos samarantu ini ditandai dengan dua pohon besar yang sejajar menyerupai pintu-pintu dan dipercaya sebagai pintu masuk kerajaan makhluk astral.
Tak jarang juga makhluk ini menunjukkan wujudnya yang samar-samar.
Tak sampai disitu beberapa pendaki mengaku ketika turun dari gunung Slamet menuju basecamp bambangan. Pendaki seakan seperti berjalan di tempat.
Sosok anak kecil yang bermain di Pos 1 juga sering terlihat di bangunan berbentuk Pondok tempat biasanya para pendaki beristirahat.
Hal ini tentunya tak lepas dari apa yang sering dilakakukan oleh orang-orang yang berkunjung ke gunung slamet.
Banyaknya orang yang meletakan sesajen dan bertapa di tempat itu menambah kesan mistis gunung tersebut.
Kepercayaan ini muncul konon sejak adanya ramalan Jayabaya yang meramalkan jika Gunung Slamet meletus otomatis akan membelah pulau Jawa.
Ramalan ini telah ada sejak zaman Kerajaan Kediri, dan masih dipercaya oleh penganut Kejawen, atau kepercayaan tradisi Jawa kuno hingga sekarang.***