Adapuan tengah hari lebih awal akan menyebabkan waktu terbenam Matahari (magrib) dan waktu isya lebih cepat.
Demikian pula akhir senja astronomis (awal malam astronomis) yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya.
Hal tersebut bagi wilayah utara Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara, Kep. Natuna (Provinsi Kep. Riau), Kalimantan Utara dan Kep. Sangir-Talaud (Sulawesi Utara).
Hal ini dikarenakan durasi malam hari yang semakin lebih besar jika dibandingkan dengan durasi siang hari untuk belahan utara pada umumnya.
Ditambah juga, dengan tengah hari yang lebih awal, sehingga kedua waktu salat ini menjadi lebih cepat.
Selain itu, panjang hari surya menjadi tepat 24 jam. Hari surya (solar day) adalah durasi antara tengah hari hingga tengah hari berikutnya.
Hal ini karena panjang hari surya secara matematis merupakan derivasi/turunan fungsi perata waktu.
Saat perata waktu mencapai nilai maksimum maupun minimum, maka derivasinya tepat nol.
Sehingga, panjang hari surya menjadi setimbang. Panjang hari surya bervariasi antara 24 jam minus 11 detik (18 September) hingga 24 jam plus 30 detik (25-26 Desember).