Teori terakhir itulah yang menjadi dasar narasi penstopan penggunaan obat sirup yang mengandung paracetamol beredar di ruang publik.
"Pelajaran kasus di Gambia, kandungan etilen glikol di pelarut obat batuk sirup banyak memicu kejadian gangguan ginjal akut. Saat itu disetop, kasusnya menurun," tutur Piprim.
Baca Juga: Kabar Gembira Bagi Penikmat Kopi, Kebiasanya Menyeruput Minuman Itu Bikin Hidup Lebih Lama
IDAI menjadikan kasus yang pernah terjadi di Gambia, Afrika, sebagai sarana edukasi kepada masyarakat agar membiasakan diri berkonsultasi dengan dokter terkait konsumsi suatu obat.
Hal itu juga yang mendorong kewaspadaan dini dari IDAI terkait kasus gangguan ginjal akut yang terjadi di Indonesia.
"Apapun yang menjadi kecurigaan, semua harus diwaspadai," kata Piprim.
Piprim menjelaskan, bahwa pihaknya tidak memiliki kapasitas untuk menghentikan penggunaan suatu obat, tetapi hanya berupa anjuran yang disampaikan ke masyarakat agar bijak dalam mengonsumsi obat, khususnya obat anak.
Menurutnya, penggunaan paracetamol yang beredar di Tanah Air masih belum tentu dan belum pasti menjadi sebab terjadinya gangguan ginjal akut di Indonesia.
Hal itu berdasarkan contoh kasus yang diterimanya baru-baru ini, yaitu terkait meninggalnya seorang anak berusia 7 tahun yang sebelumnya mengidap demam tanpa minum paracetamol.
Sedangkan, ketiga kakaknya yang mengidap demam yang sama masih bisa sembuh dengan mengonsumsi pracetamol.