Kisah Perjalanan Spiritual Pangeran Diponegoro Pahlawan Tanah Jawa

- 27 Juli 2022, 18:52 WIB
Pangeran Diponegoro/Foto: FB Kisah Sejarah Islam
Pangeran Diponegoro/Foto: FB Kisah Sejarah Islam /

Dengan lembut, Ratu Kidul berkata, "Bila hamba boleh membantu Paduka, hamba mohon janji setia begitu lenyap sirna semua laknat kafir itu (Belanda), mohonlah pada Allah Ingkang Rabbulngalamin supaya saya kembali lagi menjadi wujud manusia,"

Ratu Kidul melanjutkan, "Lebih dari itu, semua balatentara paduka tidak usah ikut berperang, kawula yang menjanjikannya"

Diponegoro kemudian menjawab, "Aku tidak minta bantuanmu melawan sesamaku manusia, sebab dalam agama (Islam) pertolongan hanya datang dari Allah Hyang Agung,".

Ratu Pantai Selatan pun kemudian lenyap dan sirna dari hadapan Pangeran Diponegoro. Dalam budaya Jawa, Ratu Laut Kidul, merupakan penjaga spiritual tanah Jawa, Ratu Kidul juga sebagai 'isteri' dari raja-raja Jawa bagian selatan khususnya raja-raja dari Dinasti Mataram Islam.

Menurut banyak Sejarawan, kisah pertemuan dengan Ratu Kidul dalam Babad yang ditulis oleh Diponegoro ini adalah sebagai upaya legitimasi terhadap diri Diponegoro sendiri. Pertemuan dengan Ratu Kidul akan membuat kedudukan Diponegoro sejajar dengan Sultan Agung dan Panembahan Senopati dalam persepsi masyarakat Jawa.

Baca Juga: Sering Diganggu Jin dan Setan! Cukup Amalkan Doa ini Pagi dan Petang Hari, Kata Ustadz Abdul Somad

Disisi lain, penolakan Diponegoro terhadap tawaran Ratu Laut Kidul menandakan bahwa dirinya masih tetap berpegang teguh pada ajaran Islam yang sejak kecil ditanamkan oleh nenek buyutnya. Diponegoro merupakan seorang Muslim yang taat, dalam konteks Sufiiesme Islam Jawa.

Berkobarnya perang Diponegoro yang maha dahsyat namun singkat antara tahun 1825 hingga 1830, telah menggenapi takdir Diponegoro sebagai yang terbilang di antara para leluhur. Dalam pertemuan terakhir dengan Sunan Kalijogo di Parangkusumo, sebelum kembali ke Tegal Rejo, Diponegoro masih sempat mendengar suara gaib dari sang Wali Tanah Jawi tersebut.

"Tidak ada yang lain, Engkau sendiri hanyalah sarana, namun itu tidak akan lama, hanya agar terbilang di antara para leluhur. Ngabdulkamit, selamat tinggal engkau harus pulang ke rumah" begitulah suara gaib Jeng Sunan Kalijogo, yang masih terngiang-ngiang hingga akhir hayatnya pada tahun 1855 di Makasar.

Seperti halnya Ir. Soekarno, Diponegoro juga adalah sang Putera Fajar, karena lahir tepat menjelang fajar, saat kaum muslim bersantap sahur di bulan Ramadhan. Ketika masih dalam gendongan, Diponegoro diramalkan akan menjadi pahlawan besar tanah Jawa, oleh buyutnya yaitu Sultan Mangkubumi pendiri keraton Nyayogyakarta Hadiningrat.***

Halaman:

Editor: Muhamad Zakir Mokoginta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x