Jelang Milad HMI ke 75, Inilah Sejarah Berdirinya Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam

- 29 Januari 2022, 12:38 WIB
Logo HMI
Logo HMI /sejarahlengkap.com

PORTAL SULUT - Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) akan malaksanakan Milad ke 75 pada hari Sabtu 5 Februari 2022.

Sebagai organisasi mahasiswa Islam, HMI resmi terbentuk pada 5 Februari 1947, di ruang kelas Sekolah Tinggi Islam (STI) yang kini berganti menjadi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.

Adalah seorang Lafran Pane yang menggagas dibentuknya organisasi HMI.

Baca Juga: Jelang Harlah NU Ke 96, Inilah Sejarah Singkat Berdirinya NU di Indonesia

”Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula lahirnya HMI kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya.” (Media, No.7 Th. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957,h. 32). Portalsulut.pikiran-rakyat.com mengutip dari Modul Pedoman LK I Basic Training HMI Cabang Bolaang Mongondow Raya Sabtu 29 Januari 2022.

HMI dan Lafran Pane tidak bisa dipisahkan. Identitas keduanya sangat melekat menjadi satu.

HMI lahir dari pergolakan pemikiran Lafran Pane atas aksi penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang merebut kemerdekaan.

Lafran juga membaca adanya kesenjangan dan kejumudan umat Islam dalam pengetahuan, pemahanan dan penghayatan serta pengamalan ajaran Islam.

HMI lahir karena adanya kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaan umat Islam di Indonesia dan munculnya polarisasi politik antara kelompok agama khususnya Islam dengan nasionalis.


Titik fokus Lafran Pane adalah kedudukan Perguruan Tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis.

Baca Juga: Gratis Kumpulan Link Twibbon Milad HMI ke 75, Pasang di IG, FB dan WA

Sejarah Singkat Pembentukan HMI

Pada mulanya, Lafran begitu aktif melakukan langkah konsolidasi pembentukan HMI.

Mahasiswa tingkat I itu kemudian tampil bagai bintang. Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernapaskan Islam. Dengan maksud mencari dukungan, sejumlah pertemuan digelar.

Ia mengundang  para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi, untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut.

Rapat-rapat ini dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan kesepakatan.

Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya.

Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan

"Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres". Ujar Lafran.

Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, tetapi dia menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.

Baca Juga: VIRAL Aksi Heroik Polisi Gagalkan Aksi Perampasan Mobil, Ini Videonya

Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah sebagai berikut:

“Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran dasarnya telah dipersiapkan," ujarnya.

"Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam. Di antara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang,” ujar Lafran.

Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan.


"Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan tujuan Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia dan Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam," ujar Lafran.

Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.

Dalam proses sejarahnya, ide pembentukan HMI hanya disambut 14 mahasiswa STI lain yang hadir dalam rapat.

Mahasiswa yang hadir dalam proses pembentukan HMI saat itu adalah Lafran Pane (Yogya), Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (Palembang), Maisaroh Hilal (Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Ghozali ( Pendiri PII-Semarang), Mansyur Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Zulkarnaen (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashudi (Malang), dan Bidron Hadi (Yogyakarta).

Baca Juga: Alumni Kartu Prakerja Bisa Dapat Rp10 Juta, Begini Kata Pemerintah

Agar mengukuhkan eksistensi HMI, dibentuk pengurus HMI yang pertama dengan susunan:

Ketua: Lafran Pane

Wakil Ketua: Asmin Nasution

Penulis I: Anton Timoer Djailani

Penulis II: Karnoto Zarkasyi

Bendahara I: Dahlan Husein

Bendahara II: Maisaroh Hilal, Soewali

Anggota: Yusdi Gozali, Mansyur

Kini, 75 tahun sudah HMI resmi berdiri. Banyak ribuan bahkan jutaan mahasiswa yang menjadi bagian dari HMI. Bahkan, ribuan alumni HMI pun diketahui banyak yang tampil sebagai pemimpin di sejumlah lembaga tinggi negara tanah air.

Baca Juga: Beredar Link Kuota Belajar Kemendikbud 75 GB dan Subsidi Pulsa 250 Ribu untuk Guru dan Siswa, JANGAN DIBUKA!

Di usia ke-75 tahun, sudah saatnya kembali berjuang melaksanakan cita-cita para pendiri. Hal ini agar terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT bisa terwujud.

HMI juga telah melewati berbagai dinamika organisasi. Puncaknya saat HMI terpecah dua kubu yakni HMI Dipo dan HMI Mpo lantaran adanya tekanan dari Orde Baru untuk mengubah azaz tunggal Pancasila. ***

Editor: Muhamad Zakir Mokoginta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x