Apa Saja Fenomena Astronomi Desember 2021, Simak Penjelasannya

- 2 Desember 2021, 05:20 WIB
Ilustrasi hujan meteor
Ilustrasi hujan meteor /Unsplash


PORTAL SULUT – Pada awal bulan Desember ini mempunyai banyak cerita menarik, tak terkecuali tentang Astronomi.

Fenomena astronomi pada Desember 2021 didominasi oleh hujan meteor. Selain itu ada juga komet yang akan melintas, namun tak bisa disaksikan dari Indonesia.

Berikut adalah fenomena astronomi di Bulan Desember 2021:

Baca Juga: Fenomena Astronomi 18 Hingga 22 Juni 2021, Ada Hujan Meteor Hingga Merkurius Terlihat

1. 6 sampai 7 Desember akan terjadi Puncak Hujan Meteor Phoenicid
Peneliti dari Pusat Riset Sains Antariksa-Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Andi Pangerang menjelaskan, Phoenicid adalah hujan meteor yang titik radian (titik asal kemunculan meteor)-nya berada di konstelasi Phoenix, dekat bintang Alfa Eridani (Achernar) konstelasi Eridanus.

"Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu Komet 289P/Blanpain yang mengorbit matahari selama 5,18 tahun," kata Andi.

Hujan meteor Phoenicid tersebut, imbuhnya dapat disaksikan sejak awal senja bahari (20 menit setelah terbenam Matahari) hingga keesokan harinya pukul 02.15 waktu setempat dari arah Tenggara hingga Barat daya.

Andi Pangerang juga menambahkan, bahwa intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia berkisar 51 meteor/jam (Sabang) hingga 74 meteor/jam (P. Rote). Hal tersebut dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 31-48 derajat arah selatan, seadngkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 100 meteor/jam.

"Pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang. Hal ini dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle (skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul)," katanya lagi.

Baca Juga: LAPAN Perkirakan Awal Ramadan 1422 H Serentak 13 April 2021, Ini Jadwal Imsakiyah Seluruh Indonesia

2. 7 sampai 8 Desember akan terjadi Puncak Hujan Meteor Puppid-Velid
Akan terjadi pula Hujan meteor lainnya yang akan muncul pada Desember ini adalah hujan meteor Puppid-Velid. Dia menjelaskan, Puppid-Velid adalah hujan meteor yang titik radiannya berada di dekat bintang Gamma Velorum (Regor) konstelasi Vela yang berbatasan juga dengan konstelasi Puppis.

Hujan meteor itu bersumber dari sisa debu Komet 96P/Machhoiz yang mengorbit matahari dengan periode 1,93 tahun. Untuk menyaksikan hujan meteor ini, bisa dilakukan mulai pukul 21.00 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam matahari) dari arah tenggara hingga barat daya.

Kata Andi Pangerang Menurutnya intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia berkisar 6 meteor/jam (Sabang) hingga 8 meteor/jam (P. Rote). Hal itu dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 39-56 derajat arah selatan, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 10 meteor/jam.

3. 9 sampai 10 Desember akan terjadi Puncak Hujan Meteor Monocerotid
Menurut Andi Ada pula hujan meteor lainnya bulan ini, yakni hujan meteor Monocerotid. Monocerotid adalah hujan meteor minor yagn titik radiannya berada di dekat konstelasi Monoceros yang berbatasan dengan konstelasi Orion dan Gemini.

Hujan meteor ini berasal dari sisa debu asteroid 2004 TG10 yang mengorbit matahari dengan periode 3,34 tahun dan juga menjadi sumber bagi hujan meteor Taurid Utara.

Andi menjelaskan, pada hujan meteor ini dapat disaksikan sejak pukul 19.40 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam matahari) dari arah timur hingga barat. Lalu intensitasnya untuk Indonesia mencapai 1,9-2 meteor/jam (dari Sabang sampai P. Rote).

Hal itu dikarenakan pada titik radian berkulminasi pada ketinggian 71-88 derajat pada arah utara, sementara itu intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 2 meteor/jam. Jika ingin melihat hujan meteor ini pastikan medan pandang dalam cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya.

Baca Juga: Dentuman Suara Misterius di Bali, Lapan: Diduga Meteor Besar Jatuh

4. 10 sampai 11 Desember akan terjadi Puncak Hujan Meteor Chi-Orionid
Selanjutnya ada hujan Meteor lain, Chi-Orionid adalah hujan meteor minor yang titik radiannya berada di dekat bintang Chi-Orionis konstelasi Orion. Sumber dari meteor ini adalah sisa debu asteroid 2004 TG10 yang mengorbit matahari dengan periode 3,35 tahun.

Untuk Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak awal senja astronomis (50 menit setelah terbenam matahari) waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam matahari) dari arah timur hingga barat.

Untuk intensitasnya di Indonesia mencapai 2,5-2,9 meteor/jam (Sabang hingga P. Rote). Hal itu karena titik radiannya berkulminasi pada ketinggian 59-76 derajat di arah utara, sementara intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 3 meteor/jam.

Akan tetapi intensitas hujan meteor ini akan sedikit berkurang dikarenakan bulan yang berada di sekitar zenit saat titik radian sedang terbit.

5. Pada 12 Desember akan terjadi Komet C/2021 A1 (Leonard) melintas
Komet C/2021 A1 atau disebut juga Leonard adalah komet berperiode panjang yang ditemukan oleh G.J. Leonard di Observatorium Mount Lemmon pada 2 Januari 2021. Periode komet ini mencapai 80.000 tahun dengan kemiringan orbit 132,68 derajat atau bergerak secara retrograd. Pada 12 Desember, komet ini akan melintas dekat bumi dengan jarak terdekatnya dari bumi sejauh 0,233 satuan astronomi (sa) atau 34,857.000 km.

Di saat melintas dekat Bumi, magnitudo komet Leonard mencapai +1,2 yang menandakan bahwa komet ini dapat disaksikan tanpa menggunakan alat bantu optik. "Sayangnya komet ini hanya dapat disaksikan oleh wilayah pada lintang 29 derajat LU atau lebih tinggi dari arah timur dekat konstelasi Ofiukus. Sehingga, komet ini tidak dapat disaksikan di lintang rendah dan belahan selatan, termasuk Indonesia," ungkap Andi.

6. 12 sampai 13 Desember akan terjadi Puncak Hujan Meteor Sigma-Hydrid
Meteor Sigma-Hydrid adalah hujan meteor minor yang titik radiannya berada di dekat bintang Sigma Hydrae konstelasi Hydra yang berbatasan dengan konstelasi Monoceros. Sumber dari hujan meteor ini adalah sisa debu benda langit yang tidak diketahui dan pertama kali diamati oleh Richard E. McCrosky dan Annette Posen.

Pada hujan meteor ini dapat disaksikan mulai pukul 21.15 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam matahari) dari arah Timur hingga Barat.

Baca Juga: 19 November Terjadi Gerhana Terlama Abad Ini, Cek Daerahnya

7. 14 sampai 15 Desember akan terjadi Puncak Hujan Meteor Geminid
Sampai pertengahan Desember masih ada hujan meteor. Di akhir pekan kedua Desember ada hujan meteor Geminid. Geminid adalah hujan meteor utama yang titik radiannya berada di dekat bintang Alfa Geminorum (Castor) konstelasi Gemini.

Pada hujan meteor ini berasal dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon (1983 TB) yang mengorbit matahari dengan periode 523,6 hari.

Menurut Andi, kalau hujan meteor ini dapat disaksikan mulai pukul 20.30 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam matahari) dari arah timur laut hingga barat laut. Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia cukup besar, yakni berkisar 86 meteor/jam (Sabang) hingga 107 meteor/jam (P. Rote).

Hal ini disebabkan pada titik radian berkulminasi pada ketinggian 46-63 derajat arah utara, sedangkan intensitas hujan meteor saat zenit sebesar 120 meteor/jam. Untuk menyaksikan hujan meteor ini juga dipastikan dalam kondisi cuaca cerah.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah