Curhatan Pengawas dan Peserta PPPK Guru 2021: Isinya Bikin Keluar Air Mata

- 18 September 2021, 11:54 WIB
Ilustrasi Seleksi Kompetensi PPPK Guru 2021
Ilustrasi Seleksi Kompetensi PPPK Guru 2021 /Pikiran Rakyat/

PORTAL SULUT - Pelaksanaan SeleksI PPPK Guru 2021 tahap pertama telah selesai hari ini 17 September 2021.

Sebagai rahasia umum, sebagian besar besar pelamat PPPK Guru 2021 adalah guru honorer yang diketahui masyarakat luas hanya bergaji ratusan ribu.

Terlihat kisah yang sudah terjadi oleh PPPK Guru 2021 membuat masyarakat luas ikut bersedih.

Baca Juga: Ada Ujian Susulan Bagi Peserta Seleksi PPPK Guru Tahap 1, Cek Syarat Dilink Ini, Pastikan Kamu Berkesempatan

Hal itu terlihat dari curhatan dari peserta dan pengawas PPPK Guru 2021 yang viral di media sosial.

Begini isi curhatan Pengawas PPPK Guru  :

Yang terhormat,
Mas menteri
Nadiem Makarim

Tak adakah rasa ngilu di dalam dada mas menteri melihat sepatu tua yang lusuh ini?

Memang benar sepatu tua ini terlihat bermerek, tetapi tahukan ini hanya sepatu loak apkiran

Tahukah Mas menteri,
Sepatu ini telah dipakai bertahun-tahun lamanya oleh si empunya

Seorang bapak dengan pakaian putih lusuh dan celana hitam yang warnanya sudah tak hitam lagi karena pudar.

Mendekati usia senja masih setia mengajari anak-anak di pelosok negeri ini membaca dan mengeja

Di saat putus pengharapan untuk mendapatkan hidup yang lebih layak. Beliau tetap semangat. Tak sekedar mengajar tetapi mendidik

Gaji di bawah lima ratus ribu sungguh tak cukup untuk makan sebulan. Apalagi untuk membeli sepatu

Terpaksa di saat pulang mengajar beliau mencari pendapatan tambahan sebagai pekerja serabutan

Tahun ini mas menteri memberikan secercah harapan untuk beliau. Program PPPK untuk memberikan harapan kehidupan yang lebih layak

Tetapi tahukah mas menteri? soal-soal yang mas menteri berikan hanya teori belaka saja. Tak sebanding dengan praktik pengabdian berpuluh-puluh tahun lamanya

Soal-soal yang membuat beliau terseok-seok ketika memegang mouse dan membuat kepalanya pening

Akhirnya, PASSING GRADE pun tak diraih. Pecahlah tangis beliau di dalam hati.

Terlihat jelas ketika nilai-nilai itu terpampang di layar monitor. Beliau terdiam seribu bahasa.

Entahlah, apa yang dipikirkan. Melihatnya sayapun ikut terisak.

Memang benar beliau tak secerdas, sejenius, sekreatif mas menteri. Tetapi beliaulah yang menjadi pelita di tengah gulita buta aksara di pelosok negeri

Memang benar beliau tak pandai teknologi, tetapi tanpa teknologi beliau mampu membuat anak-anak negeri ini merangkai kata dari A hingga Z. Berhitung hal-hal dasar untuk memahami hidup

Memang benar para muridnya sebagian besar menjadi TKI dan TKW. Tapi tahukah mas menteri, bukankah mereka juga merupakan pahlawan penghasil devisa negara tercinta ini?

Beliau mempunyai andil yang besar dalam membangun negeri tercinta ini.

Sudi kiranya mas menteri memberikan keringanan untuk melihat beliau bisa menikmati masa tua dengan sepatu dan kehidupan yang layak

Tak usah diperumit

Jika tidak ada kebijakan untuk mengangkat derajat mereka, setidaknya di surga besok sepatu ini akan menjadi saksi bahwa ilmu yang beliau ajarkan sangat bermanfaat untuk keberlangsungan umat

Dari saya,
Novi Khassifa
Pengawas ruang PPPK
Ditulis dengan berurai air mata.

Baca Juga: Nasib Peserta PPPK Guru 2021 Belum Tamat, Masih Ada Kesempatan Ini Agar Bisa Jadi ASN!

Adapun curhatan dari peserta PPPK Guru 2021 yang tersebar dimedia sosial.

Begini isi curhatan tersebut :

Untuk apa menguji kami honorer, apalagi bagi kami yang sudah diatas 45 th, kalau hanya sekedar membesarkan hati kami saja, sementara yang soal yang kami kerjakan tidak sesuai dengan pekerjaan yang kami lakukan disekolah, begitu panjang kali lebar soal yang harus dibaca, belum pilihan jawaban yang sama panjangnya, sudah sakit mata, sakit kepala, tidak bisa diungkapkan, cukup kami yang merasakan, lalu menerima hasil dengan kekecewaan, namun kami tetap semangat untuk mendidik putra-putri kami kembali ke sekolah.

Drama kami mengikuti p3k. Dari kampung naik mobil kurang lebih 2 jam.

Menuju pelabuhan yang dimana nanti kami naik kendaraan air speed boat kurang lebih 4 jam.

Melewati sungai yg dihuni banyak buaya, setelah sungai  kami melewati lautan dan di sambut dengan ombak, yg sesekali menampar badan speed boat.

Dimana saat itu kami harus berpegang erat, untuk tetap merasa aman didalam speed.

Sesampai di kota, kami tidak bergegas pergi, karena harus kompromi, dimana tempat berteduh dan mencari kos-kosan murah meriah.

Sesampai di kos tersebut, kami membuka bekal masing2, lumayan nggak ngeluarkan dana banyak untuk menikmati enaknya makanan rumahan.

Tak banyak waktu buat kami bercanda gurau, apa lagi menikmati keramaian kota.

Semua fokus dengan belajar, bahkan saling sapa pun jarang, (bukan musuhan tapi konsentrasi number one).
  
Sehari sebelum tes, kami melakukan swab dan harus membayar 130 ribu perorang. Tak ada pilihan lain, itu salah satu syaratnya.

Keesokan harinya, tibalah saat kami bertempur(mengikuti tes p3k),
Dimana kita dihadapkan dengan soal2 yg diluar prediksi kami, jauh dari tutorial2 yg kami pelajari.

Nilai2 yg tidak memenuhi Passing Grade
Terlihat diwajah teman- teman rasa sedih itu
Bagaikan dunia ini runtuh, menimbun segala harapan kami.

Dan tak lama selang waktu kami bersiap-siap untk kembali pulang, tiba tiba ada seorang mas2 ganteng, menyapa dan mencium tangan kami, iya, dialah salah satu bukti kesuksesan kami sebagai guru honorer.

Dia adalah salah  siswa kami( masa itu SMP) yg sudah lama tak bertemu, sekarang gagah berdiri didepan kami dengan seragamnya yg membuat kami bangga luar biasa.

Salah satu rekan kami meneput pundaknya, (tanda bangga) ternya, salah satu panitia P3k adalah seorang PNS yg mana dulu pernah di didik dan dibimbing bersekolah dikampung.

Kini melihat gurunya berjuang untuk menjadi seorang PNS.

Pengabdian selama ini tak pernah kami jadikan beban, tak perlu setiap pagi semir sepatu agar mengkilat, tapi bagaimana kami tiba disekolah sebelum anak didiknya.

Saat terima gaji. Tak ada terbesit di benak tuk shopping, yang penting bisa untuk makan sampai 3 bulan berikutnya itu udah syukur.

Terimakasih untuk mu yg membuat peraturan ini, atas kebijakannya yg tiada Tara,  terimakasih sudah menggores luka di banyak harapan kami.

Terimakasih sudah melambungkan harapan kami dengan melakukan tes p3k, lalu kau hempaskan Kami, dengan standar passing grade yg luar biasa.

Salam satu perjuangan.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah