Baca Juga: Dampak Gempa Majene, BNPB: 3 Orang Meninggal, 24 Orang Terluka, 2.000 Orang Mengungsi
Hal lain yang juga menjadi bagian dari nota kesepahaman adalah memprioritaskan produk lokal untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas industri nasional. Pemerintah Indonesia juga memastikan bahwa proyek investasi raksasa ini akan menyerap sebesar-besarnya tenaga kerja Indonesia.
Tahap awal pembangunan proyek ini akan mulai pada Semester I-2021. "Kemungkinan besar akan dilakukan ground breaking (peletakan batu pertama) pada Semester I-2021. Jadi, 2021 Semester I, Insyaallah tahap I akan mulai dilakukan pembangunan pabrik," ujar Bahlil dalam konferensi pers virtual, Rabu 30 Desember 2020.
Bahlil mengatakan, pembangunan pabrik baterai listrik akan terintegrasi dari hulu hingga hilir. Pembangunan pabrik baterai akan dilakukan di dua kawasan yang berbeda, yakni Maluku Utara untuk sektor hulu dan sektor hilir akan dibangun di Batang, Jawa Tengah.
Baca Juga: Bakal Diganti Listyo Sigit Prabowo, Ini Pepatah yang Diucapkan Kapolri Idham Azis kepada Jajarannya
"Lokasi pabrik tersebut dibagi jadi dua, untuk hulu membangun smelter dan tambang di Maluku Utara. Kemudian katoda, prekursor, dan sebagian baterai cell berdasarkan hasil survei, itu akan dilakukan di Batang (Jawa Tengah)," jelasnya.
Rencananya pada Januari 2021, akan ada penandatanganan heads of agreement (HoA) dengan BUMN. Sehingga, pada Februari sudah bisa dimulai untuk melakukan rencana aksi bisnis. "MoU ini sebenarnya sudah dibahas bersama-sama dengan BUMN. Jadi poin-poinnya sudah dibahas. Setelah ini, Januari sudah penandatanganan kontrak HOA dengan BUMN dan direncanakan Februari sudah action tahap pertama," jelas Bahlil.***