3. Kehamilan, persalinan atau menyusui
Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda adalah penderita HIV yang tengah hamil agar risiko penularan HIV pada bayi bisa ditekan.
4. Transfusi darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa terjadi melalui transfusi darah. Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.
Baca Juga: Gunung Api Lewotolok di NTT Kembali Erupsi
Lantas bagaimana mendenali orang tersebut menderita gejala AIDS?
Gejala HIV akan berbeda-beda pada masing-masing pengidapnya, yaitu dengan gejala awal yang muncul pada 1-2 bulan pertama setelah pengidap terinfeksi. Pada beberapa orang, mereka akan mengalami periode yang disebut dengan serokonversi, yaitu gejala mirip flu parah yang merupakans respon alami tubuh terhadap virus yang masuk.
Saat gejala tersebut muncul, waktu tersebut merupakan waktu yang penting untuk mengidentifikasi, apakah flu berat yang dialami berasal dari HIV atau penyakit lainnya. Berikut sejumlah gejala awal HIV:
Demam
Demam merupakan salah satu gejala awal HIV, yang disertai dengan gejala ringan berupa kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan. Saat demam terjadi, virus bergerak ke aliran darah dan mulai mereplikasi dalam jumlah besar. Ketika hal tersebut terjadi, sistem kekebalan tubuh pengidap memicu reaksi peradangan.