Mirip Korea, Wow! Inilah Suku Unik di Pulau Buton Sulawesi Tenggara: Sebelum Pake Aksara Hangul, Ternyata...

18 Juni 2023, 09:23 WIB
Mirip Korea, Wow! Inilah Suku Unik di Pulau Buton Sulawesi Tenggara: Sebelum Pake Aksara Hangul, Ternyata... /

PORTAL SULUT - Di Sulawesi Tenggara, ada salah satu suku unik yang memakai aksara bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun suku memakai aksara bahasa Korea ini tepatnya berada di Pulau Buton Sulawesi Tenggara.

Tentu saja suku di Pulau Buton ini sangat berbeda dengan kebanyakan masyarakat Indonesia, dikarenakan aksara bahasa Korea yang dipakainya.

Baca Juga: Jarak 102 Km dari Sukabumi! Yuk Kepoin Kampung Unik di Jawa Barat: Hidup Tanpa Listrik, Eeh Ada Stasiun TV

Suku tersebut adalah suku Cia-Cia yang merupakan salah satu suku diantara 72 kadie atau suku di Pulau Buton.

Diketahui, suku Cia-Cia merupakan salah satu suku pedalaman asli Indonesia yang tersebar luas, salah satunya di kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Selanjutnya, suku Cia-Cia ini termasuk salah satu suku unik yang ada di negara kita karena suku ini menggunakan aksara bahasa Korea.

Masyarakat suku Cia-Cia mendiami Pulau Buton diperkirakan berjumlah 80 ribu jiwa.

Pada zaman dahulu, Pulau Buton merupakan pusat penyebaran agama Islam dan pada masa itu aksara suku Cia-Cia ditulis dalam bahasa Arab gundul.

Sayangnya, penggunaan Arab gundul terasa kurang, karena ketika bahasa Cia-Cia dituliskan dalam Arab gundul kerap muncul makna yang begitu jauh berbeda.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Wisata Tercantik di Tasikmalaya Jawa Barat, Nomor 3 Murah Bingits!

Hal tersebut sempat menjadi kekhawatiran bagi pemerintah setempat.

Pemerintah setempat tidak ingin kebudayaan Cia-Cia luntur karena tidak adanya aksara yang dapat mewakili bahasa mereka.

Hingga akhirnya, seorang profesor asal Korea bernama Chun Thay Hyun mengunjungi suku ini, dilansir kanal Youtube Putihhitam TV.

Profesor tersebut tertarik pada kebudayaan di kota Baubau ini.

Kekhawatiran akan kurangnya kebudayaan suku Cia-Cia pun disampaikan oleh pemerintah setempat kepada sang orofesor.

Pada akhirnya, sang profesor membawa hal ini ke kota asalnya, Seoul Korea.

Beliau dan rekannya mempelajari bahasa Cia-Cia hingga memutuskan bahwa aksara Hangul bisa dipakai untuk aksara Cia-Cia.

Setelah melakukan penelitian bersama rekan kerjanya selama 11 tahun, profesor dan juga peneliti bahasa asal Korea tersebut mengatakan bahwa ada persamaan antara bahasa Cia-Cia dan juga aksara Hangul.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, para profesor, pemerintah setempat dan juga peneliti bahasa akhirnya sepakat dan memutuskan bahwa aksara Korea dapat digunakan sebagai sistem penulisan bahasa suku Cia-Cia.

Sehingga tidak heran jika di tanah air Indonesia ini ada suku yang berbahasa seperti orang Korea.

Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah kota setempat dalam hal ini Pemerintah Kota Baubau telah menerima aksara Hangul sebagai sistem penulisan resmi bahasa Cia-Cia lewat simposium persamaan bahasa, pada 2009 silam.

Atas keputusan resmi dari pemerintah kota Baubau, ia memutuskan agar tulisan Hangul dan di Korea digunakan untuk menulis bahasa suku Cia-Cia.

Sempat membuat suku ini menarik perhatian dunia, kini Kampung Korea Cia-Cia memiliki nama yang kian tersohor.

Sebenarnya suku Cia-Cia sendiri adalah salah satu dari 72 kadie atau suku yang mendiami sudut selatan Pulau Buton.

Baca Juga: 1 Jam dari Sumbawa Besar NTB! Inilah Pulau Terpadat di Dunia: Warganya Asal Sulawesi Selatan

Aksara Korea memang dianggap paling pas untuk menuliskan bahasa suku Cia-Cia.

Bahasa suku Cia-Cia sejatinya adalah sejenis bahasa Austronesia, luas penyebarannya.

Tutur bahasa Cia-Cia tersebar disekitar Kota Baubau, Pulau Buton di bagian selatan, Pulau binongko dan juga Pulau Batu Atas.

Selama ini masyarakat suku Cia-Cia yang mendiami sudut selatan Pulau Buton tersebut berkembang dengan tutur bahasa yang kuat.

Sayangnya, mereka tidak memiliki peradaban yang memiliki aksara.

Namun kini, bahasa Cia-Cia dan huruf Koreanya telah dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan sebagai muatan lokal.

Aksara Korea ini dipelajari di sekolah dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.

Para siswa di sekolah diajarkan sistem tulisan dengan paduan buku teks yang dihasilkan oleh Persatuan Hunminjeongeum.

Hunminjeongeum adalah sebuah institut yang bertekad menyebarkan penggunaan abjad Korea ke seluruh dunia.

Sasaran Hunminjeongeum adalah suku-suku yang tidak memiliki sistem tulisan tersendiri, termasuk suku Cia-Cia yang ada di Pulau Buton ini.

Dan dengan adanya keputusan tersebut, kini bahasa suku Cia-Cia tidak lagi ditakutkan akan punah.*

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler