Simak! Hal yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Resesi Ekonomi Global 2023 dan Pengaruh Inflasi di Indonesia

15 Oktober 2022, 18:39 WIB
Simak! Hal yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Resesi Ekonomi Global 2023 dan Pengaruh Inflasi di Indonesia /Twibbonize.com/geralt

 

PORTAL SULUT - Beberapa waktu yang lalu Presiden Jokowi menyebut perekonomian dunia di 2023 akan gelap.

Menurut Jokowi pada tahun 2023 mendatang akan terjadi resesi ekonomi global.

Salah satu penyebab resesi ekonomi global ini disebabkan oleh adanya inflasi tinggi.

Baca Juga: Apa Ciri-ciri Penyakit Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak? Ini Penjelasan Dokter Anak dr. Lucky Yoga

Inflasi tinggi ini juga diperkirakan akan dialami oleh negara Indonesia pada tahun 2023 mendatang.

Inflasi ini bisa menyebabkan harga barang-barang menjadi semakin mahal.

Selain itu pengaruh inflasi tinggi ini juga bisa menyebabkan kita sulit mendapatkan pekerjaan karena perusahaan banyak yang melakukan efisiensi atau pengurangan karyawan.

Lantas mengapa negara-negara di dunia bisa mengalami inflasi sehingga bisa menyebabkan resesi ekonomi, apa penyebab utamanya?

Sebagaimana yang dilansir Portalsulut.com di kumparan pada Sabtu 15 Oktober 2022, berikut ulasannya.

Ada tiga hal besar yang jadi penyebab resesi ekonomi global yakni pandemi Covid19, konflik Rusia Ukraina yang tak kunjung usai, dan adanya perubahan iklim.

Ketiga hal inilah yang buat harga minyak mentah dunia melambung tinggi, dengan begitu secara otomatis harga pangan dan komoditas energi pun ikut melonjak yang pasti diikuti dengan harga barang dan jasa yang juga semakin mahal.

Apabila keadaan sudah seperti ini maka Bank Sentral di seluruh negara harus melakukan upaya untuk menstabilkan inflasi.

Adapun upaya yang dilakukan oleh Bank Dunia tersebut yakni dengan cara menaikkan suku bunga acuan.

Dengan mengambil upaya ini, harapannya bunga deposito dan imbal hasil surat berharga juga akan naik sehingga menarik minat masyarakat untuk berbondong-bondong menyimpan uangnya di bank dibandingkan untuk dikonsumsi.

Baca Juga: Hati-hati, Gara-gara Pembalut Bisa Bikin Kanker Serviks, Ini Penjelasan dr. Ema Surya Pertiwi

Jika sudah begini maka peredaran uang di masyarakat jadi berkurang dan permintaan terhadap barang akan menurun serta diikuti harga yang ikut turun hingga akhirnya tingkat inflasi diharapkan juga menurun.

Dalam proyeksi ekonomi global 2023 yang dikeluarkan IMF, resesi tak hanya akan menggerus negara maju, tapi juga warga negara miskin, dan negara berkembang seperti Indonesia.

Alasan resesi ekonomi global ini bisa terjadi di Indonesia disebabkan oleh 4 hal berikut ini:

1. Bank Sentral Amerika pasti akan menaikkan suku bunga acuan untuk meredam inflasi

Pastinya imbal hasil atau hubungannya juga akan semakin meningkat, dengan begini secara otomatis para investor asing yang berinvestasi di Indonesia akan memilih menarik dananya dan memindahkan dananya ke Amerika Serikat, fenomena ini disebut juga dengan Capital Outflow.

2. Banyak investor yang menaruh dananya di Amerika Serikat

Hal tersebut bisa menyebabkan dollar Amerika akan semakin kuat yang mana membuat rupiah melemah bahkan nilai tukar rupiah diprediksi menembus 16.000 per dollar Amerika.

3. Inflasi di Indonesia juga sudah melampaui target Bank Indonesia

Perseptember 2022 inflasi Indonesia mencapai 5,95 persen padahal targetnya di tahun ini sekitar 2 sampai 4 persen.

4. Berkaitan dengan pandemi Covid19

Pada saat pandemi 2020 masyarakat Indonesia melakukan penghematan, akibatnya daya beli menurun dan banyak PHK yang terjadi di berbagai perusahaan.

Padahal konsumsi rumah tangga ini menyumbang lebih dari 50 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Berhubungan Intim Seperti Ini Sebabkan Kanker Serviks, Simak 4 Kebiasaan Lainnya Menurut dr. Ema Surya Pertiwi

Sebenarnya dalam laporan IMF pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 masih diproyeksi positif atau tumbuh sekitar 5 persen.

Bahkan secara keseluruhan negara berkembang diproyeksi tumbuh positif 3,6 persen di 2023.

Namun IMF tetap memperingatkan bahwa negara berkembang akan mengalami inflasi yang tinggi yakni mencapai 9,9 persen di tahun ini dan menurun ke 8,1 persen di tahun depan.***

Editor: Cadavi Lasena

Tags

Terkini

Terpopuler