Lanjut Gus Baha menjelaskan, sebetulnya teks Hadist tersebut menyebutkan Lailahaillallah.
“Ini pinter Kyai Jawa, lagi-lagi kembali kekultur. Kyai Jawa yang bisa modifikasi kultur. Sebenarnya, kalimat Hadist itu yang masyhur, yang populer Lailahaillallah,” tutur Gus Baha.
Baca Juga: Jangan Lewatkan Berdoa di Waktu Paling Mustajab di Hari Jumat, Begini Doanya kata Ustadz Adi Hidayat
Namun menurut Gus Baha, hal itu bukan tanpa dasar yang jelas, melainkan Kyai Jawa mengikuti kitab-kitab dari Arab.
“Lailahaillallah itu resikonya tinggi, karena disitu kan tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Ada kata lailahail, nah takutnya pas lailaha sudah mati,” terang Gus Baha.
Kata Gus Baha, resiko tersebut berakibat fatal, jika kalimat belum selesai diucapkan kemudian wafat.
“Nah, karena itu ada resiko lailah agak khatam, berarti tiada tuhan. Sehingga ini dianggap riskan, terus Kyai Jawa ngajarin, karena agak kepanjangan ya sudah, Allah, Allah,” jelas Gus Baha.
Menurut Buya Yahya, meski tidak seperti dalam teks panduan, namun ulama mempunya dasar ilmu yang sudah lama ditekuni.
“Sudah agak rekayasa, agak ijtihad itu, sebenarnya teks panduanya Lailahaillallah. Tapi Kyai itu paling tahu tentang keadaan Nabi SAW, karena menekuni ilmu lama sekali,” ucap Gus Baha.
Lanjut Gus Baha, selain tiada henti menyebut nama Allah, orang yang sedang sakaratul maut jangan banyak diberi pertanyaan hal-hal di luar tuntunan.