Network
Baca Juga: Kata Mbah Moen, Kiamat Tidak Akan Terjadi Selama Masih Ada yang Melakukan Amalan Ini
Gus Baha menerangkan, ayat diatas menjelaskan, orang iman yang kemudiann oleh anak turunannya diteruskan imannya, maka anak yang surganya kelas D atau C, nanti diikutkan seurga bapaknya yang kelas A, asalkan dibantu oleh iman.
“Misalnya begini, bapaknya alim allamah, anaknya bisa baca Wabah, mundur lagi Muin, mundur lagi takrib, terakhir anaknya itu tidak bisa apa-apa, era generasi ke-7 maaf kafir. Anak yang bisa Cuma baca taqrib saja, surganya itu ke fathul wahab, karena bapaknya iman, asal iman. Itu surganya diikutkan bapaknya, atau mbah-mbahnya, tapi kalu tidak iman itu langsung terputus,” urai Gus Baha.
Lanjut kata Gus Baha, hal ini disampaikan Allah kepada Nabi Nuh as, Ketika itu Nabi Nuh as berdoa. “ya Allah selamatkan keluarga saya, dan Allah bilang, iya,” kata Gus Baha mengisahkan.
Singkat cerita, saat badai ada banjir, Kan’an tenggelam dan anggota keluarga Nabi Nuh yang menentang Allah ikut tenggelam.
“Nabi Nuh as tanya, giman ya Allah, kata Engkau keluarga saya kan selamat? Ini anak saya, anak kan keluarga inti kok nggak selamat padahal janjinya Engaku pasti benar,” jelas Gus Baha mengisahkan.
“Lalu Allah menjawab. Nuh, anakmu itu kafir, sejatinya sudah bukan anakmu,” ucap Gus Baha mengisahkan.
Menurut Gus Baha, berdasarkan hal tersebut berarti kekafiran, memutuskan keluarga.
“Misalnya bapakmu nakal sering tidak Sholat, sekarang kamu santri hafal Quran, itu bapakmu yang tidak Sholat bisa kamu syafaati, karena dia masih mukmin, paham ya! Ini penting,” ucap Gus Baha menegaskan.
Kata Gus Baha, Idzan itu jadi khasnya mazhab ahlussunnah wal jamaah.
