Laa taj'al ma'allaahi ilaahan aakhara fa taq'uda mażmụmam makhżụlaa
Artinya: Janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau menjadi tercela dan terhina.
Ayat 23:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Waqodloo robbuka allaa ta’buduu illaa iyyahu wabil waalidaini ihsaana. Immaa yablughonna ‘indakal kibaro ahaduhumaa au kilaahumaa falaa taqullahumaa uffiw walaa tanharhumaa waqul lahumaa qoulan kariimaa
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Kata Ustadz Subhan Bawazier firman Allah SWT, waqodloo robbuka allaa ta’buduu illaa iyyahu, adalah sebuah takdir. Ketetapan yang tidak bisa berubah.
Allah gandengkan dua amalan mulia telah menjadi sebuah ketetapan Allah. Jangan engkau pernah beribadah kecuali kepada Allah.
Kemudian, wabil waalidaini ihsaana. Bukan imaman, islaman. Bukan. Tapi Ihsaana.
“Level tertinggi manusia. kalau untuk orang tua ihsan. Islam saja tidak cukup. Imanpun tidak cukup. Tapi ihsan. Puncaknya agama," kata Ustadz Subhan Bawazier.