Konsultan Pentagon Anggap Ukraina Susah Menang, Luttwak: Sanksi Barat Tak Dirasakan Rusia

- 5 Juni 2022, 20:29 WIB
Pasukan khusus Ukraina. (Foto ilustrasi: Military_ Material/Pixabay)
Pasukan khusus Ukraina. (Foto ilustrasi: Military_ Material/Pixabay) /

PORTAL SULUT - Ukraina dianggap tidak akan menang lawan Rusia. Bahkan, sanksi ekonomi dari negara-negara Barat tak memengaruhi 'si Beruang Putih'.

Hal tersebut diungkapkan Konsultan Politik di Departemen Luar Negeri dan Pentagon, Edward Luttwak, kepada surat kabar Jerman, Die Welt.

Menurut Luttwak, referendum di Donetsk dan Luhansk dapat mengakhiri krisis Ukraina. Biarkan rakyat di dua wilayah itu memutuskan.

Baca Juga: Temukan Uang Setengah Miliar Rupiah di Sofa Gratis, Perempuan Ini Pilih Mengembalikannya

Luttwak mengatakan, jika referendum harus segera dilakukan dengan melibatkan pengamat independen. Kata dia, Ukraina tidak bisa menolak pilihan untuk melepas dua wilayah tersebut.

"Kyiv tidak bisa menolak pilihan orang. Ini adalah satu-satunya jalan keluar dari konflik. Mengalahkan Rusia adalah sesuatu yang keluar dari dunia fantasi," kata pakar itu.

Menurut Luttwak, senjata nuklir tidak bisa disebut sebagai kartu truf utama Moskow.

"Rusia adalah negara Eropa terbesar. Rusia memiliki kehadiran nyata di Timur Jauh dan Tengah, Kutub Utara dan Laut Hitam, yang membuatnya tak terkalahkan," tuturnya.

Pakar itu juga berbicara tentang sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat sebagai tanggapan atas operasi khusus di Ukraina.

“Sebagian besar orang Rusia bahkan tidak merasakan pembatasan, karena Rusia sendiri memproduksi makanan dan memiliki sumber energi sendiri,” ucapnya.

Sejak 24 Februari, Rusia telah melakukan operasi khusus militer untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.

Seperti yang ditekankan Vladimir Putin, tujuannya adalah untuk melindungi orang-orang yang telah menjadi sasaran intimidasi dan genosida oleh rezim Kyiv selama delapan tahun.

Baca Juga: Inilah 5 Ritual Pernikahan Paling Aneh dan Unik di Dunia, Nomor 3 dan 4 Paling Nyeleneh!

Menurut Kementerian Pertahanan, pada akhir Maret, tentara Rusia telah menyelesaikan tugas utama tahap pertama - secara signifikan mengurangi potensi tempur Ukraina.

Tujuan utama di departemen itu disebut pembebasan Donbas.

Sementara itu, Perwakilan Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa dalam beberapa pekan terakhir, telah mengadakan pertemuan rutin untuk membahas parameter kemungkinan gencatan senjata dan penyelesaian diplomatik di Ukraina.

Sekutu, khususnya, sedang mempertimbangkan rencana Italia yang melibatkan netralitas Ukraina dengan imbalan jaminan keamanan dan peluncuran negosiasi Ukraina-Rusia tentang masa depan Krimea dan Donbas.

"Ukraina tidak terlibat langsung dalam diskusi ini, meskipun AS berjanji "tidak ada apa-apa tentang Ukraina tanpa Ukraina," saluran TV melaporkan.

Dia mengutip pejabat AS dan Barat yang tidak disebutkan namanya, yang mengatakan ada kekhawatiran yang berkembang bahwa apa yang terjadi di Ukraina, "dapat berlarut-larut selama bertahun-tahun jika Rusia dan Ukraina tidak kembali ke meja perundingan."

Negara-negara tersebut telah merundingkan penyelesaian diplomatik konflik hampir sejak awal operasi militer Rusia, tetapi pada bulan April dialog itu terputus.

Kementerian Luar Negeri Rusia kemudian menyatakan, bahwa Kyiv sendiri menunda negosiasi dengan Federasi Rusia, dan tidak menanggapi proposal Moskow tentang rancangan perjanjian.

Sekretaris Pers Presiden Federasi Rusia, Dmitry Peskov mencatat bahwa kepemimpinan Ukraina terus-menerus membuat pernyataan yang kontradiktif, yang tidak memungkinkan untuk memahami apa yang diinginkan Kyiv.

DISCLAIMER: Artikel ini sebelumnya tayang di Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Pakar: Mengalahkan Moskow Adalah Sebuah Fantasi, Referendum Kunci Perdamaian Rusia dan Ukraina"***

Editor: Adisumirta

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah